Cinta Rahasia Sang Dokter

Rinaha Ardelia (Seorin Lee)
Chapter #9

Positif

Emery pergi ke rumah Ruben pagi-pagi sekali. Dia harus menemui seniornya itu secepatnya, sebelum Ruben berangkat kerja. Dalam keadaan panik, putus asa, sedih, dia datang sembari membawa bukti-bukti, bahwa dirinya kini telah berbadan dua.

“Emery?” Ruben terkejut melihat kedatangan Emery ketika dia membukakan pintu rumahnya.

“Ada apa?” tanya Ruben ingin tahu.

Emery berkaca-kaca di hadapan Ruben. Mungkin sebentar lagi, gadis itu akan menitikkan air matanya.

“Masuklah!” ajak Ruben. Dia mempersilakan Emery masuk ke rumahnya. Sepertinya ada yang ingin dibicarakan Emery langsung kepadanya.

“Kamu mau minum apa?” tawar Ruben.

“Saya tidak ingin apa-apa,” tolak Emery dengan nada suara gemetaran.

Ruben makin tidak mengerti dengan sikap Emery. Lantas, apa yang diinginkan koas itu sampai harus datang ke rumah Ruben pagi-pagi sekali.

“Dokter Ruben ….” Emery menarik napasnya dalam-dalam, sebelum dia mengatakan maksud dan tujuannya datang ke rumah sang senior.

“Saya ingin Anda tahu, kalau saya ....” Emery terbata-bata.

“Ada apa?” potong Ruben. “Jangan membuatku menerka-nerka! Katakan saja! Apa maumu?” desaknya.

Emery pun segera memberitahukan keadaannya yang sebenarnya pada Ruben. Bahwa dirinya kini sedang hamil, anak dari Ruben.

“Apa?” Ruben membelalak kaget mendengar pengakuan Emery. “Kamu yakin? Kamu ada buktinya kalau kamu sedang hamil?”

Ruben tidak percaya begitu saja. Dia meminta Emery untuk menunjukkan buktinya. Jika memang benar wanita itu kini telah berbadan dua.

“Bukti?” cibir Emery. Keterlaluan sekali Ruben meragukannya.

Lantas, untuk meyakinkan Ruben, Emery pun mengeluarkan buktinya. Sebuah alat tes kehamilan yang menunjukkan dua garis merah itu pada Ruben.

“Hasilnya positif,” kata Emery. Dia menyerahkan alat tes kehamilan itu. Lalu, Ruben pun mengambilnya.

Ternyata memang benar positif. Saat itu, Ruben benar-benar syok sekali melihatnya. Kali ini dia percaya bahwa ucapan Emery benar adanya. Emery tidak mengada-ada soal kondisi kesehatannya sekarang.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Emery frustrasi.

“Astaga!” Ruben tidak habis pikir, dia akan mengalami musibah ini dengan koasnya sendiri.

“Anda harus bertanggung jawab pada saya dan bayi ini, Dokter Ruben,” desak Emery.

“Apa? Bertanggung jawab?” Ruben mengelak. “Bagaimana bisa aku bertanggung jawab pada bayi itu? Apa kamu sengaja ingin menghancurkan karirku?” sewotnya.

“Tentu saja tidak. Bagaimana Anda bisa berpikir seperti itu? Anda tahu, bukan, waktu itu kita sudah melakukannya. Dan inilah hasil dari perbuatan kita,” protes Emery.

Lihat selengkapnya