“Pa-pacaran?” Emery membelalak kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan Sienna kepadanya.
“Jujur aja, Mer! Kamu nggak usah menutup-nutupinya lagi dariku. Apa benar kamu dan Dokter Ruben ada hubungan yang cukup serius selama ini?” desak Sienna. Dia penasaran sekali sampai menyudutkan Emery dengan pertanyaan itu.
Emery kebingungan sekali. Bagaimana dia harus mengakui hubungannya dengan Ruben? Dia sudah bersumpah pada Ruben untuk menutup mulutnya rapat-rapat.
“EMERY!” Sienna tidak sabaran.
Emery menitikkan air mata di depan sahabatnya itu. Tanpa berkata-kata lagi, Sienna pun bisa langsung mengetahuinya. Jika memang benar saat ini Emery sedang menjalin hubungan khusus dan sangat rahasia dengan Ruben.
“Ya ampun, Mer ….” Sienna kembali memeluk sahabatnya itu seraya menepuk-nepuk punggung Emery. Dia berusaha menenangkan Emery yang sedang menangis di pelukannya.
“Kejadiannya nggak terduga sama sekali. Aku dan dia hanya melakukannya sekali. Tapi, hasilnya malah positif,” ungkap Emery sambil berurai air mata. Dia akhirnya mencurahkan semua isi hatinya pada sang sahabat, Sienna.
“Astaga, Mer! Kamu tahu, kan, bahaya apa yang sedang mengintaimu saat ini?” Sienna makin membelalak. Dia turut mengkhawatirkan permasalahan yang tengah dihadapi Emery.
“Iya, aku tahu soal itu. Sekarang, aku bingung banget, Mer. Aku harus ngapain dengan situasi kayak gini?” Emery menanyakan pendapat Sienna. Siapa tahu, Sienna bisa mencarikannya jalan keluar.
Sienna belum menjawab pertanyaan Emery. Sepertinya dia juga agak kebingungan menyikapinya. Namun, sebagai sahabat, dia harus membantu Emery keluar dari permasalahan rumit ini. Karena bahaya sekali bagi karir Emery di Rumah Sakit.
“Apa Dokter Ruben akan bertanggung jawab pada bayi itu?” tanya Sienna memastikannya.
Emery menggeleng. “Nggak. Dia justru akan pergi ke Amerika melanjutkan sekolahnya.”
“Apa? Dia udah gila, apa? Apa dia berusaha kabur? Ninggalin kamu yang sekarang lagi hamil demi karir konyolnya itu?” Sienna terbawa emosi. Dia berkacak pinggang sambil menahan kesal usai mendengar pernyataan Emery.
“Pria macam apa dia itu? Berani-beraninya dia berbuat kemudian lepas tanggung jawab gitu aja. Brengsek!” Emosi Sienna semakin tidak terkendali. Hal itu memancing orang lain jadi ingin tahu permasalahan yang sedang mereka bicarakan.
“Udah! Udah! Jangan disebarluaskan lagi, Sienna! Aku nggak mau semua orang tahu tentang aibku itu,” cegah Emery.
“Terus, kamu mau diam gitu aja, Mer?” Sienna jadi gemas sendiri karena Emery tidak melakukan sesuatu. Setidaknya yang bisa membuat Ruben harus bertanggung jawab kepadanya.
“Aku takut. Dia tahu aku hamil aja langsung marah dan ngancam aku ….” Ups! Emery keceplosan bicara.
“Apa kamu bilang? Kamu diancam sama dia? Kebangetan tuh orang!” Sienna makin murka.
“Nggak tahulah. Aku kalut banget sekarang. Nggak bisa mikir ke depannya bakalan kayak gimana,” kata Emery pasrah.
Tiba-tiba, koas yang lain datang seraya memanggil-manggil nama Sienna. Katanya, Sienna diminta untuk membantu Dokter Ruben saat ini juga. Sienna pun bergegas menemui Ruben di ruang pemeriksaan. Sekalian saja, dia akan menuntut Ruben agar mau mempertanggung jawabkan perbuatannya pada Emery.
***
“SIENNA!” panggil Ruben.
“Iya, Dok!” seru Sienna. Dia menghampiri Ruben untuk membantu pasien gawat darurat.
Ruben dan Sienna sibuk sekali menangani pasien tersebut. Ada permasalahan yang cukup serius dengan rahim pasien yang akan melahirkan itu.
“Siapkan ruang operasi sekarang juga!” perintah Ruben.