“Ya, gue dengerin lo. Mana Emery?” tanya Ruben mengalihkan. “Biar gue yang ngomong sama dia.”
Sean memberikan ponselnya pada Emery. Awalnya, Emery segan melakukan panggilan video dengan Dokter Ruben. Namun, tidak ada pilihan lain. Nyawa pasien dan bayinya harus segera diselamatkan. Mau tidak mau, dia pun mengesampingkan semua rasa gengsinya dan berkomunikasi lagi dengan Ruben setelah sekian lama.
“Bicaralah Dokter Ruben! Saya akan mendengarkan Anda,” kata Emery. Dia tidak berani menatap wajah Ruben meski lewat layar ponsel.
Ibu hamil itu menjerit histeris karena mengalami kontraksi hebat. “TOLONG SAYA DOKTER!” teriaknya.
Mendengar jeritan histeris itu, Ruben pun segera mengambil tindakan. Dia mengarahkan Emery untuk mendengarkannya dengan seksama. Emery harus fokus ketika dia sedang menjelaskan langkah-langkah persalinan darurat.
“Sepertinya bayinya sungsang,” kata Emery memberitahu.
“Apa? Sungsang? Kamu sudah memeriksanya dengan benar?” Ruben memastikan.
“Sudah pembukaan terakhir namun tidak ada tanda-tanda kepala bayi muncul,” jelas Emery.
“Tidak bisa. Kamu tidak bisa melakukannya di sana. Kamu harus membawanya ke Rumah Sakit,” usul Ruben.
“Ben, ini hutan. Tidak ada Rumah Sakit di sini. Bahkan, untuk ke tenda pemeriksaan di balai desa saja jarak tempuhnya lumayan jauh,” tambah Sean.
“Kalau begitu ubah posisi bayinya agar kembali normal. Caranya miringkan panggung ibu itu. Posisinya harus diawali dengan berbaring telentang angkat sedikit panggulnya. Lalu, letakkan bantal di bawah panggul diikuti dengan gerakan menekuk lutut. Kamu mengerti, Emery?” terang Ruben panjang lebar.
“Baik, saya mengerti,” sahut Emery. Dia segera mempersiapkan pasien. Lalu, dengan perlahan-lahan dia mulai mengikuti arahan dari Dokter Ruben.
Setelah posisi dirasa sudah benar, tinggal menunggu waktu. Emery begitu mengharapkan keajaiban dari Tuhan agar sang bayi lahir dengan selamat.
Selang beberapa menit kemudian, pasien kembali menjerit histeris. Dia mengalami kontraksi lagi. Kali ini jauh lebih hebat dan ada dorongan sangat kuat dari sang bayi. Sepertinya bayi yang sedang dinanti-nantikan akan segera lahir.
“Sedikit lagi, Bu. Sudah kelihatan bayinya,” kata Emery menyemangati.
“Benarkah?” Sean ikut menyemangati ibu itu. Dia antusias sekali memberikan dukungan pada pasien.
Tak lama waktu berselang, bayi pun terlahir dengan selamat. Syukurlah. Emery dan Sean senang sekali. Akhirnya, perjuangan ibu itu berbuah manis. Hasil dari kesabarannya.
“Sampaikan ucapan terima kasih saya pada Dokter Ruben,” bisik Emery.