Cinta Rahasia Sang Dokter

Rinaha Ardelia (Seorin Lee)
Chapter #36

Insiden Menumpang Mandi

Pagi-pagi sekali, Ruben menghubungi Emery. Sekitar pukul 5.20 pagi. Emery baru saja keluar dari kamar mandi dan dia melihat notifikasi di layar teleponnya. Raut wajahnya langsung berubah, dan dia mengernyitkan dahi.

“Ruben? Ngapain dia telepon sepagi ini?” Emery heran.

Emery tidak berburuk sangka pada Ruben. Mungkin ada pasien gawat darurat yang harus segera mereka tangani lagi bersama-sama. Lantas, dia menelepon balik Ruben. Tidak lama kemudian, sudah ada jawaban dari seberang sana.

“Emery!” panggil Ruben yang antusias sekali mendapat telepon dari Emery.

“Tadi … Anda menelepon saya. Ada apa?” tanya Emery mencari tahu.

“Begini … aku belum terbiasa mandi di kamar mandi umum di sini. Bolehkah aku ke rumahmu dan menumpang mandi di sana?” keluh Ruben sekaligus meminta izin Emery.

Astaga! Ruben merepotkan sekali. Emery terdiam sejenak sebelum dia memutuskan.

“Emery?!” panggil Ruben sekali lagi. Dia menunggu kepastian dari Emery. “Gimana? Apa aku boleh ke rumahmu sekarang?”

“Bagaimana Anda akan ke sini?” Emery balik tanya.

“Aku akan meminta seorang relawan di sini untuk mengantarku ke rumahmu. Boleh, ya?” bujuk Ruben.

“Memangnya kenapa Anda tidak mandi saja di sana? Saya rasa Kepala Desa sudah menyiapkan kamar mandi yang lebih layak dari kamar mandi di rumah saya,” Emery beralasan.

“Tadi aku sudah bilang, aku belum terbiasa di sini. Kamu tahu sendiri, kan, kalau aku baru saja sampai di desa ini. Mana kutahu daerah sini aman atau tidak. Kalau tiba-tiba nanti ada yang mengintip, gimana?” Ruben tak mau kalah. Dia malah berdebat dengan Emery.

Emery menghela napas panjang. Benar-benar merepotkan berurusan dengan Ruben, pikirnya.

“Emery …?! Kamu masih di sana?” Ruben memastikan lagi. Karena sedari tadi telepon dari seberang sana hening sekali.

“Ya sudah, terserah Anda saja. Cepatlah! Karena kita harus bekerja pukul 8 pagi nanti,” kata Emery mengizinkan. Dia juga mengingatkan Ruben, jam kerja mereka dimulai pukul 8.00, tidak boleh telat. Karena pasien akan membludak nantinya.

“Baiklah! Aku akan ke rumahmu sekarang,” balas Ruben. Dia bergegas pergi bersama relawan yang sudah bersedia mengantarnya pergi menggunakan mobil Jheep.

“Anda sudah mau pergi sekarang, Dokter Ruben?” Bonar menghampiri. Rupanya dia yang akan mengantar Ruben ke rumah Emery. Kebetulan, dia yang tahu alamatnya.

“Ya, dia menyuruh saya untuk segera ke rumahnya. Maafkan saya karena sudah merepotkanmu, Kapten Bonar.”

“Tidak apa-apa, Dokter Ruben. Saya senang sekali bisa bertemu dengan Dokter Emery,” ucap Bonar. Dia melangkah duluan meninggalkan Ruben yang kini terbengong-bengong mendengar kalimat terakhirnya.

Lihat selengkapnya