‘Sialan!’ Ruben malu sekali.
Pertama kalinya Ruben berkunjung ke rumah Emery malah bikin onar dan dia mempermalukan dirinya sendiri di depan Emery dan Bonar. Dia jera. Dia tidak ingin kejadian memalukan itu terulang kembali.
“Dokter Ruben, Anda baik-baik saja?” tanya Emery memastikan. Ruben tidak bisa menjawabnya karena dia sedang menahan sakit di area terlarangnya.
Emery mendengar Ruben ambruk. Namun, sampai sekarang, dia belum berani melihat keadaan Ruben yang sedang telanjang bulat akibat handuknya lepas dari tubuhnya.
Bonar segera mengambil handuk tersebut dan menutupi bagian sensitif Ruben. Setelah itu, dia membantu Ruben berdiri.
“Anda harus segera berpakaian, Dokter. Setelah itu, kita sarapan bersama-sama,” kata Bonar sambil menahan tawa.
Bonar merasa tawanya ingin segera meledak. Dia tidak kuat lagi menahan tawa melihat kebodohan Ruben yang terpeleset dan jatuh di lantai.
“Diam! Jangan menertawakanku! Apa aku kelihatan bodoh saat ini di mata kalian?” tegur Ruben.
“Tidak sama sekali, Dokter Ruben,” sangkal Bonar.
“Baguslah kalau begitu.” Ruben sempat berburuk sangka tadi.
Setelah Ruben bangkit, perlahan-lahan dia pergi ke kamar Emery dan berganti pakaian di sana. Dia masih mengerang kesakitan di sekitar pangkal pahanya. Dia berharap semoga saja tidak terjadi apa-apa pada ‘barang berharganya’ itu.
Bonar cekikikan saking tak tahan lagi ingin ketawa melihat insiden yang terjadi pada Ruben. Sekilas Emery memerhatikannya dengan tatapan dingin. Seketika tawa Bonar terhenti. Dia harus menjaga sikapnya sebagai seorang tentara yang tegas dan berwibawa. Dia tidak boleh tertawa di atas penderitaan orang lain.
Selama berada di dalam kamar Emery, Ruben sengaja ingin melihat-lihat keadaannya. Terutama tempat tidurnya. Dia ingin memastikan saja, apakah Emery bisa tidur nyenyak di kamarnya yang sempit itu. Dia juga melihat ke arah cermin. Tak banyak produk riasan wajah yang tampak di atas meja riasnya.
“Apa dia tidak pernah memakai riasan wajah? Atau dia sedang menghemat pengeluaran?” Ruben heran.
“Wanita aneh. Tidak ada skincare khusus yang dia kenakan di wajahnya. Meski begitu, dia tampil cantik sempurna di mataku,” Ruben menyimpulkan. Dia benar-benar memeriksa seluruh ruangan pribadi Emery.
Selang beberapa menit kemudian, setelah selesai berpakaian dengan rapi, Ruben keluar dari kamar Emery. Sebenarnya dia masih malu. Mau taruh di mana mukanya saat ini? Dia menjatuhkan harga dirinya di depan Emery.
“Bagaimana keadaan Anda, Dokter Ruben?” tanya Emery.
“Baik. Tapi, lumayan sakit,” sahut Ruben agak malu.
“Jelas itu sakit sekali. Anda jatuh keras sekali tadi,” Bonar menimpali.
Ruben melirik Bonar dan memberi kode dengan tatapan mata tajamnya. Seolah-olah dia sedang bertelepati dengan Bonar dan menyuruh tentara itu untuk diam saja.
“Kalau begitu, kita sarapan dulu. Setelah itu kita pergi ke balai desa,” kata Emery mengalihkan pembicaraan.