Pandangan Emery dan Bonar tertuju pada Ruben. Mereka menatap Ruben curiga. Ruben jadi salah tingkah karena modusnya ketahuan mereka berdua.
“Sial!” dengus Ruben kesal.
“Dokter Ruben, apa Anda sengaja melakukannya? Ini, kan, trik kuno yang biasa digunakan orang tahu 90-an. Norak banget.” Emery memastikannya. Dia baru menyadarinya.
“Trik kuno? Menurutku tidak. Aku memang tidak punya pilihan lain waktu itu. Aku berusaha baik mau menjemputmu dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Aku tidak mau merepotkan Bonar yang sibuk di balai desa,” Ruben beralasan. Dia membela dirinya sendiri karena tidak mau dikatain norak.
“Sibuk? Tidak juga, kok,” Bonar menimpali. Dia berhasil mematahkan asumsi Ruben.
Bonar ketawa sinis mendengar alasan Ruben yang terlalu dibuat-buat. Ruben juga sok tahu banget, mengira kalau Bonar sibuk dengan urusannya di balai desa. Sepagi itu Bonar belum berkegiatan. Urusan menjemput Emery, itu memang sudah menjadi tugas hariannya. Kekanak-kanakan sekali sikap Ruben, menurut Bonar.
“Dokter Emery, masuklah ke mobil! Saya akan mengantar Anda ke balai desa,” ajak Bonar.
“Baiklah,” balas Emery. Dia segera meninggalkan Ruben dan naik ke mobil Jeep bersama Bonar.
“Tunggu! Aku ikut dengan kalian,” kata Ruben.
“Lalu, bagaimana dengan motornya?” tanya Emery.
“Bonar, apa kamu bisa menyuruh anak buahmu untuk mengambil motornya?” perintah Ruben.
“Tapi ….” Bonar belum sempat menolaknya.
Ruben sudah pergi meninggalkan motor tua itu dan bergegas naik ke mobil Jeep, mengikuti Emery di belakangnya. Dia tidak ingin membiarkan Bonar berduaan dengan Emery di dalam mobil.
Bonar menyunggingkan senyum agak dipaksakan. Ruben bertingkah seenaknya layaknya seorang bos pada pegawainya. Padahal, Bonar berpangkat kapten di kesatuannya. Dia itu orang yang sangat dihormati dan disegani oleh anak buahnya. Tapi, Ruben malah meremehkan posisinya.
“Ayo cepat jalan!” kata Ruben memerintah lagi.
Bonar dan Emery saling beradu pandang satu sama lain. Mereka heran dengan sikap Ruben hari ini.
***
Siang itu, pasien sangat banyak. Ada banyak sekali warga berdatangan ingin diperiksa oleh dokter tampan. Berita itu sudah menyebar ke seluruh desa. Entah siapa yang telah menyebarkannya. Balai desa dipenuhi warga sekitar yang mengantri ingin diperiksa oleh Ruben.
Emery tercengang melihatnya. Apa Ruben baru saja tebar pesona di hadapan para warga? Emery kaget sekaligus iri. Semua warga berebut minta diperiksa hanya oleh Ruben saja.
Emery membalikkan tubuh. Lumayan, dia memiliki waktu istirahat yang cukup lama hari ini. Ketika dia melangkahkan kakinya menuju tenda darurat, dia berpapasan dengan Sienna.
“Emery!” panggil Sienna. Emery menoleh.
“Ada apa?” tanya Emery.
“Apa kamu ada waktu hari ini? Aku ingin bicara berdua denganmu,” sahut Sienna.
Emery mengangguk. Dia mengajak Sienna ke suatu tempat untuk bicara. Sesampainya di tempat yang dituju, mereka duduk bersebelahan. Sienna memulai pembicaraan duluan.