Pagi-pagi sekali, Emery keluar dari kamarnya dan hendak masuk ke kamar mandi. Dia mau mandi dan bersiap-siap berangkat kerja.
Ceklek!
Penghuni kamar sebelah juga membuka pintu. Emery dan Ruben saling beradu pandang mengamati penampilan masing-masing. Tak lama kemudian, mereka tersadar.
Astaga! Emery kikuk sekali di hadapan Ruben. Begitu pula sebaliknya. Lalu, siapa yang duluan masuk ke kamar mandi?
“Emery, aku ingin kamu mengalah. Aku dulu yang masuk ke kamar mandinya, ya?” mohon Jhon sambil pasang muka meringis.
“Hah? Kenapa?” Emery tidak mengerti. Padahal, kan, dia duluan yang membuka pintu kamar mandinya.
“Aku ada urusan mendesak. Ini sangat darurat,” Ruben beralasan.
“Urusan mendesak? Darurat?” gumam Emery bingung.
“Kebelet,” jelas Ruben.
“Oh, itu … iya udah. Silakan kalau begitu!” Emery yang baru saja menyadarinya pun mempersilakan Ruben duluan memasuki kamar mandinya.
Ruben menerobos masuk ke kamar mandi. Dia sudah tidak tahan lagi. Perutnya sakit, melilit. Dia harus segera buang air besar.
Emery kembali ke kamarnya sembari menunggu Ruben selesai dari kamar mandi. Rasanya tidak nyaman saja bisa serumah dengan Ruben. Selain dia merasa canggung, entah apa yang akan terjadi beberapa hari ke depan di antara mereka.
Emery melirik ponselnya. Ada panggilan telepon dari Sean, kekasihnya. Dia segera menjawab panggilan teleponnya.
“Selamat pagi, Sayang,” sapa Sean dari seberang sana.
“Pagi,” balas Emery.
Emery dan Sean berbincang cukup lama di telepon. Ketika Ruben selesai mandi, tak sengaja dia mendengar percakapan Emery dan kekasihnya. Dia jadi iri dan cemburu sekali pada sepupunya, Sean itu.
Saking cemburu mendengar Emery berbicara cukup akrab dengan Sean, Ruben pun makin emosi. Ruben tak sengaja membanting pintu kamarnya dan berhasil membuat Emery menoleh. Emery pun mengira kalau Ruben sudah memasuki kamarnya.
Emery menutup teleponnya duluan. Dia bergegas mandi sebelum Ruben keluar lagi dari dalam kamarnya.
“Aman sekarang,” Emery menghela napas lega. Dia bisa mandi dengan tenang.
Tok-tok-tok!
Emery baru saja melepas pakaiannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Dia membelalak.
“Mer! Tolong buka dulu pintunya! Aku lupa mengambil sesuatu di dalam,” kata Ruben memberitahu.
“Lupa sesuatu?” Emery kaget. Dia melihat-lihat sekitar kamar mandinya. “Apa itu?” tanyanya.
“Celana dalamku,” balas Ruben.
“Hah?” Emery syok sekali mendengarnya. Celana dalam yang mana?
Emery mengedarkan seluruh pandangannya mencari celana yang dimaksud Ruben. Setelah menemukannya, dia bergegas mengambilnya. Lalu, dia memberikannya pada Ruben sembari bersembunyi dibalik pintu karena harus menutupi tubuhnya yang sudah telanjang bulat.
“Mer, maaf ya,” ucap Ruben penuh penyesalan. Dia benar-benar lupa tadi tidak membawanya sekalian.
Emery hanya memunculkan kepalanya dibalik pintu sambil mengangguk pelan. Ruben yang bertelanjang dada dan masih mengenakan handuk itu terlihat seksi sekali. Raut wajah Emery langsung berubah, memerah. Dia tertegun cukup lama memerhatikan dada bidang dan tubuh kekar Ruben.