“Lepaskan aku!” kata Emery berontak.
Ruben melepasnya, sesuai dengan keinginan Emery. Lantas, Emery pun bergegas turun dari mobil. Dia pergi dengan tergesa-gesa meninggalkan Ruben yang masih senyum-senyum sendiri di dalam mobil.
“Dia pasti malu sekali tadi,” pikir Ruben.
“Aku yakin, Emery pasti masih menyukaiku,” kata Ruben sembari melihat wajahnya di pantulan kaca spion. Dia terlalu percaya diri sekali malam ini.
Sementara itu, Emery makin mempercepat langkah kakinya. Dia canggung sekali.
“Apa yang kulakukan tadi di hadapannya? Itu kan, sangat memalukan sekali,” ujar Emery. Wajahnya sudah sangat memerah dan dia tidak ingin berhadap-hadapan lagi dengan Ruben dalam waktu yang cukup lama. Bisa berbahaya untuknya.
Ruben baru beberapa hari saja tinggal di rumahnya sudah ada banyak kejadian yang menimpa Emery. Tidak hanya kesal dengan semua tingkah laku Ruben, seniornya itu sudah berhasil mengobrak-abrik isi hati Emery lagi. Yang semula ingin sekali dia kubur dalam-dalam perasaannya itu, sekarang dia malah terperangkap dalam pelukan Ruben.
Emery membuka pintu kamarnya. Lalu, dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia menutup wajahnya dengan bantal saking malu. Seandainya saja tadi dia tidak menghindar tatapan mata Ruben, sudah pasti akan terjadi sesuatu di luar nalarnya.
“Tidak! Hentikan mikirin hal itu lagi!” tekad Emery. Dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah cermin.
“Kamu tidak boleh terperangkap lagi olehnya. Itu hanya tipu muslihat Ruben yang ingin menghancurkan hatimu lagi,” kata Emery pada dirinya sendiri. Dia berbicara di depan cermin, seolah-olah sedang menanyakan pendapat dirinya yang lain.
“Sadar Ameera! Dia itu pandai sekali mempermainkan perasaanmu. Jangan jatuh lagi di lubang yang sama. Karena akhirnya akan lebih sakit jika kamu jatuh cinta kedua kalinya pada orang yang sama.”
“Apa itu mungkin?” Emery mengelus dada. Lalu, dia meraba-raba wajahnya sendiri. Dia juga ingat betul semalam Ruben mengecup keningnya yang sedang tertidur.
“Apa kamu lupa tujuanmu sendiri? Bukankah kamu ingin sekali balas dendam pada Ruben? Pria itu sudah menghancurkan hidupmu juga karirmu yang sangat kamu banggakan itu.”
Emery tampak lesu memikirkannya lagi. “Bangkit Emery! Lihat dirimu! Jangan lemah!”
“Kamu sudah merasa lebih baik tanpanya. Jangan karena dia dekat denganmu lantas kamu jatuh cinta lagi kepadanya, untuk kedua kalinya. Itu kesalahan fatal yang kamu buat sendiri. Bisa jadi bencana dalam hatimu.”
“Menurutmu begitu?” Emery yang asli menanggapi. Dia berbicara sendiri lagi di depan cermin. Seolah-olah ada dua kepribadian berbeda dalam dirinya saat dia berhadap-hadapan di cermin.
“Bagaimana jika keadaannya dibalik? Bukankah bagus jika Jhon sampai jatuh ke pelukanmu lagi?”
“Ya, kurasa begitu.”
“Kamu bisa memanfaatkan situasi saat ini untuk menjerat kembali Ruben agar dia jatuh cinta lagi padamu. Setelah itu, hancurkan dia seperti yang dia lakukan kepadamu.”
Tok-tok-tok!
Pintu kamar Emery diketuk dari luar. Sepertinya itu Ruben. Apa dia membutuhkan sesuatu dari Emery?