Cinta Rahasia Sang Dokter

Rinaha Ardelia (Seorin Lee)
Chapter #45

Emergency Couple

“Hentikan!”

Emery tidak sanggup melakukannya lebih jauh lagi. Dia tidak ingin Ruben tahu tentang perasaannya yang sebenarnya. Bahwa dia masih mendamba sentuhan hangat dari pria yang sangat dicintainya itu.

“Emery … kamu masih mencintaiku, kan?” terka Ruben.

Emery segera menjaga jarak dengan Ruben. Dia tidak berani mengangkat wajahnya karena takut ketahuan. Ruben tahu betul kalau dia tidak pandai berbohong. Kedua matanya begitu sayu dan memancarkan kebenaran tentang hatinya.

“Sudah malam, tidurlah! Besok pagi kita masih harus bekerja,” kata Emery yang buru-buru pergi.

Emery mempercepat langkahnya menuju kamarnya. Dia malu sekali atas kejadian yang baru saja dialaminya.

“Bodoh!” Emery menyalahkan dirinya sendiri. “Kenapa aku bisa seceroboh itu membalas ciuman Ruben?”

Emery bersembunyi dibalik selimutnya. Dia memejamkan mata, pura-pura tidur saja.

Sementara di ruangan lain, Ruben tersenyum puas mengingat-ingat kembali kejadian tadi. Rasanya masih sama. Dia tahu detak jantung Emery berdegup kencang saat mereka berciuman. Kesempatan yang bagus untuknya, bukan?

Ruben akan merebut kembali hati Emery. Wanita itu sudah ditakdirkan bersamanya. Ruben tidak akan pernah mau berbagi dengan pria lain, termasuk dengan Sean. Dia bertekad akan memperjuangkan cintanya untuk Emery seorang.

***

Emery kelihatan melamun sendirian di tenda pemeriksaan sebelum menerima pasien-pasiennya di pagi hari. Dia dan Ruben datang lebih awal. Karena Ruben beralasan akan membeli lampu untuk kamarnya terlebih dahulu.

“Emery! Kamu ngapain ngelamun sendirian?” Sienna datang membuyarkan lamunannya.

“Tidak apa-apa,” sahut Emery sembari menyangkalnya.

“Kamu ada masalah apa? Cerita dong sama aku,” tawar Sienna dengan ramah.

“Beneran nggak ada, kok,” sangkal Emery lagi.

“Kamu yakin?” Sienna memastikannya. Emery mengangguk mantap.

“Ya, tentu,” balas Emery tanpa ragu-ragu.

Emery tersenyum agak dipaksakan. Sejak kejadian waktu itu, dia tak lagi memercayai siapa pun. Termasuk sahabatnya sendiri, Sienna. Dia lebih suka memendam masalahnya sendiri. Dia hanya bisa berbicara pada ibunya atau langsung pada Tuhan untuk mencurahkan isi hatinya.

“Oh iya, kapan kamu akan menyelesaikan tesismu?” Sienna mengalihkan pembicaraan.

“Entahlah. Aku belum tahu dan belum memikirkannya.”

“Tapi, kamu berencana akan mengambil gelar dokter spesialis itu, kan?” Sienna memastikan lagi.

“Mungkin tahun depan. Aku akan mencobanya lagi,” jawab Emery.

Lihat selengkapnya