Sean harus segera membawa Alicia ke rumah sakit dan memeriksanya lebih lanjut di sana. Dia meminta Sienna untuk tidak memberitahukannya dulu pada Alicia. Karena khawatir, Alicia akan menolak bahkan menangis jika dipaksakan.
Sean melakukan pendekatan secara intens pada Alicia. Dia berusaha membujuk gadis kecil ini agar mau ikut dengannya ke rumah sakit. Awalnya, dia mengalami kesulitan. Karena Alicia tipe gadis kecil yang suka mengamuk dan tantrum. Segala cara telah dicoba oleh Sean. Beruntung, Alicia mengikuti alurnya.
Sean berhasil mengajak Alicia untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh di tubuhnya. Untuk mendiagnosis usus buntu pada anak, Sean akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang ini berupa foto rontgen, USG/CT Scan, serta pemeriksaan darah dan urine.
“Bagaimana hasilnya, Dokter Sean?” Sienna cemas sekali. Dia mengkhawatirkan keadaan keponakannya.
“Apakah orang tuanya tidak memerhatikan pola makanan yang dikonsumsi Alicia?” tanya Sean.
Sienna menundukkan pandangannya. Sulit sekali bagi orang tua Alicia memerhatikan kesehatan gadis kecil itu. Mereka terlalu sibuk bahkan seolah-olah abai terhadap kesehatan putrinya. Itu yang Sienna sesalkan. Dia menceritakan semua permasalahan keluarga kakaknya pada Sean.
Alicia terpaksa tinggal di asrama sekolah karena selain kedua orang tuanya sibuk bekerja, ternyata mereka juga sudah mendaftarkan perceraian mereka ke kantor pengadilan. Alicia merasa frustrasi sehingga dia tidak bisa makan dengan benar.
“Sayang sekali kalau begitu,” kata Sean yang turut prihatin mendengar cerita Sienna.
“Dia kekurangan serat. Mungkin dia tidak memakan sayur dan buah-buahan selama berada di asrama. Karena setahuku dia kurang menyukai makanannya,” Sienna menyimpulkan.
“Apa dia pernah bercerita seperti itu?” Sienna makin ingin tahu riwayat hidup Alicia.
“Saya tahu dari salah seorang gurunya di sekolah asrama. Alicia selalu menyendiri di sekolahnya. Dia tidak pandai bergaul dengan teman-teman sebayanya,” tutur Sienna.
“Beritahu orang tuanya! Karena aku harus segera mengoperasinya,” perintah Sienna.
“Anda akan melakukan operasi? Kapan itu, Dok?”
“Secepatnya. Jika tidak dilakukan malam ini, besok masih bisa,” kata Sienna memberitahu.
“Baik kalau begitu. Saya akan memberitahukannya dulu pada orang tuanya. Terima kasih, Dokter Sean,” ucap Sienna. Dia sangat berterima kasih sekali atas bantuan dari Sean.
Sean meminta Sienna untuk menyiapkan kamar inap untuk Alicia. Sementara, dia akan mengurus semua prosedur tindak lanjut operasinya.
***
Keesokan paginya, orang tua Alicia pergi ke rumah sakit. Sienna berbicara langsung pada mereka. Saat ini, Alicia sedang ditemani oleh Sienna, jadi Sean lebih leluasa menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan Alicia.
“Dok, putri saya masih kecil. Dia baru berusia 6 tahun. Apa dia bisa menjalani operasi usus buntu ini? Pasti akan sangat sakit diterima tubuh putri saya.” ibunya Alicia menangis di hadapan Sean.
“Tidak adakah cara lain selain operasi, Dok?” Kini, ayahnya Alicia yang berbicara.
“Maafkan saya. Saya harus melakukan operasi ini untuk menyelamatkan nyawa putri kalian. Jika tidak, kasihan Alicia terus merasakan kesakitan sendirian. Saya minta, kalian coba mendukung usaha saya ini. Lakukan demi putri kalian,” jelas Sean.
Orang tua Alicia masih menangis dan bimbang. Ayahnya akan memberikan keputusan saat ini juga. Sudah tidak ada waktu lagi. Mereka akan menyetujui operasi itu.
Setelah semua prosedur sudah diselesaikan, Sean akan segera mengoperasi Alicia. Ruben sempat melihat Sean dan Sienna begitu panik ketika membawa gadis kecil itu menuju ruang operasi.
“Sienna!” panggil Ruben. “Kemarin aku menghubungimu.”
Sienna menoleh. “Oh, maafkan saya, Dokter Ruben. Saya mengabaikan panggilan Anda kemarin.”
“Ada apa? Siapa gadis kecil itu?” Ruben ingin tahu.
“Keponakan saya akan dioperasi oleh Dokter Sean. Dia mengalami usus buntu,” jelas Sienna.
Ruben manggut-manggut. “Begitu rupanya. Baiklah! Setelah operasinya selesai, kamu beritahu saya. Kita perlu bicara,” pesannya.