Cinta Sampai Mati

Nakshatra B.
Chapter #1

1

 Jakarta, 19-08-2023

Kamar Barra…


WAH! Reel baru!”

Seperti biasa. Hari-hari gue memang selalu dihias oleh wajah Dhea –sosok influencer yang terlihat selalu banjir kerjaan endorsement dan di-follow oleh banyak artis juga.

Gue sudah hampir bosan me-refresh profil Instagram Dhea dari tadi karena menanti post barunya. Lega, gue belum ketiduran dan bisa jadi orang yang pertama untuk menekan tombol like lalu komen di reel-nya walau gue hanya senang mengirimkan emoticon Love.

Beginilah kegiatan gue sepulang dari kantor. Menyempatkan diri untuk melihat Instagram Dhea dulu sebelum gue menutup hari yang melelahkan ini dan berharap bisa ketemu dia di dalam mimpi. Walau seringnya nggak pernah, tapi gue terus berharap kayak jomblo ngenes yang bisa ketemu dia suatu hari nanti.

Gimana nggak ngenes? Gue udah ngejomblo dari SMA. Ya. Satu-satunya gebetan gue cuma waktu masih sekolah kelas 12, dan sampai sekarang nggak pernah ketemu lagi. Namanya juga cinta monyet. Jadi, gue nggak serius-serius amat untuk ngejar gebetan gue itu.

Sekarang zaman sudah berubah, dan gue lebih senang melihat posts atau reels Dhea di Instagram. Entah kenapa semua influencer yang gue lihat di aplikasi ini nggak ada yang seasyik sosok Dhea Miraya. Cuma dia yang selalu menarik di mata gue.

Setelah gue pasang ponsel di standing holder hitam yang ada di meja kerja, gue langsung membesarkan volumenya sambil mengusap rambut gue yang masih sedikit basah dengan handuk mandi gue yang tebal.

Pernah nggak kalian ketemu seseorang yang bisa bikin kalian bilang, aku cinta mati sama dia dan nggak ada yang bisa menggantikan dia. Akhirnya gue lebih baik jomblo daripada nggak sama dia.

Gue tertohok mendengarnya dan tertawa getir. Iya, Dhe. Sudah jadi bujang lapuk!

Katanya lagi, cinta sejati itu nggak perlu dipaksa dan akan datang di waktu yang tepat. Jadi, syukuri aja siapa pasangan kita walau kita nggak cinta. Nggak ya. Aku rasa cinta itu harus dikejar dan dipertahankan. Baru kita bisa benar-benar bahagia dengan pilihan kita. Tapi kalo kalian sendiri gimana? Biar cinta datang dengan sendirinya atau setuju sama aku?” ucap Dhea sambil mengukir senyumnya.

Lagi-lagi gue cuma bisa senyam-senyum dengan menghela napas panjang dan mengangguk. Gue setuju saja, karena Dhea memang mengerti gue banget. Bukannya gue terlalu besar kepala, tapi kontennya selalu nyinggung hidup gue terus. Tapi nggak apa-apa juga. Selama gue bisa terus menatap Dhea yang terlihat begitu cantik dengan riasan wajah tipis dan rambut yang baru dicat merah marun.

Kadang gue memang setuju dengan ungkapan atau pemikiran Dhea, tapi kadang gue juga berharap cinta bisa datang dengan sendirinya. Karena gue yakin kalau memang sudah ditakdirkan berjodoh, seseorang yang gue cintai nggak akan lari ke mana-mana.

Berhubung nggak ada yang bisa dipeluk sebagai ungkapan bahagia gue karena gue senang banget bisa lihat dia malam ini, mau nggak mau cuma guling yang bisa jadi pelipur lara gue malam ini. Soalnya, pembahasan video reel-nya sekarang tentang cinta. Makin ngenes nggak sih, hidup gue? Boro-boro bisa memaksakan dia mencintai gue, berharap ketemu dia saja nggak bisa.

Lihat selengkapnya