Jakarta, 19 Agustus 2023
Kamar Barra…
“YES! Reel baru!”
Seharian gue sudah nggak sabar nunggu sosok Dhea –sosok konten kreator yang menurut gue cukup mengundang perhatian masyarakat luas, ngeluarin post terbarunya. Kalau diingat lagi, gue sudah lama juga jadi follower-nya. Sejak Instagramnya masih sepi-sepi saja sampai akhirnya dia bisa terlihat selalu banjir kerjaan endorsement dan di-follow oleh banyak artis juga. Mungkin tergantung keberuntungan juga.
Gue sudah hampir bosan me-refresh profil Instagram Dhea hanya untuk menanti kontennya yang baru. Entah foto potret dia yang terbaru atau suaranya yang selalu membuat hati gue bahagia setiap mendengarkannya. Tiap pulang kantor, gue nggak pernah mau ketiduran sebelum jadi orang pertama yang bisa menekan tombol like lalu komen di reel-nya. Gue cukup lega walau hanya bisa mengirimkan emoticon Love setiap malam.
Kalau lagi senggang di kantor, gue cuma ingin buka profil Instagram Dhea. Sampai orang-orang di kantor tahu kalau gue fans sejatinya gara-gara layar komputer gue lupa ketutup dan gue lagi buka Instagram gadis itu. Gue memang selalu ingin menyempatkan diri untuk melihat Instagramnya dulu sebelum gue menutup hari yang melelahkan. Gue nggak peduli ibu atau kakak gue di rumah heran kalau gue ketawa dan senyam-senyum sendiri setiap kami kumpul untuk makan malam atau sekadar nonton TV bareng mereka, karena dia memang punya daya tarik sendiri.
Tapi gue nggak berharap banyak untuk bisa ketemu Dhea selain cuma dari mimpi. Soalnya dia memang sudah jadi pujaan orang banyak. Untung saja keluarga gue belum tahu obsesi terpendam gue sama perempuan ini. Karena gue nggak mau dibilang nggak realistis dan membuang-buang waktu gue untuk jatuh cinta sama dia dan merasa cukup meski hanya memerhatikan Instagram-nya saja.
Mungkin karena keluarga gue bukan orang-orang yang senang main di media sosial dan nggak tahu apa yang gue inginkan dalam hidup gue. Tapi gue yakin seratus persen bukan cuma gue yang suka banget sama dia. Soalnya gue lihat Dhea sudah punya banyak penggemar yang selalu komen hal-hal yang baik untuk dia walau dia lebih suka hidup dalam akuarium tanpa celah yang nggak bisa tersentuh oleh khalayak ramai. Jadi, gue rasa mereka nggak perlu tahu soal Dhea dulu. Gue nggak mau ibu marah kalau tahu gue belum mau nikah karena terus berharap bisa menikahi gadis itu di usia gue yang sudah kepala tiga.
Suatu hari nanti gue berharap ibu atau kakak gue –yang sekarang sama menyedihkannya sama gue karena kami masih sama-sama single, tahu kalau gue memang sudah suka sama gadis itu dan bermimpi nggak jadi jomblo ngenes yang bisa ketemu dia suatu hari nanti.
Gimana nggak menyedihkan? Gue udah ngejomblo dari SMA. Ya. Satu-satunya gebetan gue cuma waktu masih sekolah kelas 12, dan sampai sekarang nggak pernah ketemu lagi. Namanya juga cinta monyet. Jadi, gue nggak serius-serius amat untuk ngejar gebetan gue itu.
Sekarang zaman sudah berubah, dan gue lebih senang melihat posts atau reels Dhea di Instagram. Entah kenapa semua influencer yang gue lihat di aplikasi ini nggak ada yang seasyik sosok Dhea Miraya. Cuma dia yang selalu menarik, gue rasa nggak ada salahnya kalau gue terus mengaguminya. Memang siapa yang mau melarang? Gue sudah punya pekerjaan tetap dan memang sudah saatnya cari jodoh.
Setelah gue pasang ponsel di standing holder hitam yang ada di meja kerja, gue langsung membesarkan volumenya sambil mengusap rambut gue yang masih sedikit basah dengan handuk mandi gue yang tebal.
“Pernah nggak kalian ketemu seseorang yang bisa bikin kalian bilang, aku cinta mati sama dia dan nggak ada yang bisa menggantikan dia. Akhirnya gue lebih baik jomblo daripada nggak sama dia.”
Gue tertohok mendengarnya dan tertawa getir. Iya, Dhe. Sudah jadi bujang lapuk!
“Katanya lagi, cinta sejati itu nggak perlu dipaksa dan akan datang di waktu yang tepat. Jadi, syukuri aja siapa pasangan kita walau kita nggak cinta. Nggak ya. Aku rasa cinta itu harus dikejar dan dipertahankan. Baru kita bisa benar-benar bahagia dengan pilihan kita. Tapi kalo kalian sendiri gimana? Biar cinta datang dengan sendirinya atau setuju sama aku?” ucap Dhea sambil mengukir senyumnya.
Lagi-lagi gue cuma bisa senyam-senyum dengan menghela napas panjang dan mengangguk. Gue setuju saja, karena Dhea memang mengerti gue banget. Bukannya gue terlalu besar kepala, tapi kontennya selalu nyinggung hidup gue terus. Tapi nggak apa-apa juga. Selama gue bisa terus menatap Dhea yang terlihat begitu cantik dengan riasan wajah tipis dan rambut yang baru dicat merah marun.