Cinta Sampai Mati

Nakshatra B.
Chapter #4

4

RENCANA Tuhan memang nggak pernah salah. Gue masih nggak nyangka Rexy bisa memberi jalan supaya gue bisa kenalan langsung sama Dhea. Makanya nggak boleh menyia-nyiakan pertemuan gue sama Dhea kali ini dan langsung mengutarakan kalau gue salah satu follower di LivesMe-nya.

Entah benar atau salah, gue bisa lihat kalau Dhea juga menganggap hubungan kami memang seperti sudah lama terjalin. Dari cara gue menatap Dhea dan ngobrol sama dia sudah selayaknya teman lama yang seringkali berbincang. Ya, karena gue seringkali komunikasi sama dia cuma lewat Live-nya. Gue cuma mau dia melihat gue, menghargai, dan membalas perasaan gue. Those simple acts that make me happy. Gue juga nggak munafik kalau ingin menemukan kebahagiaan gue dan berharap bisa mengakhiri masa bujang gue secepatnya.

“Pantas aja, aku kayak pernah tahu kamu, Bar,” sahut Dhea membuyarkan lamunan gue.

Gue mengangguk semringah. Gue senang banget Dhea benar-benar ingat kalau gue penggemarnya yang cinta mati sama dia. Oke. Untuk soal cinta, dia memang belum tahu apa-apa. Gue baru bilang kalau gue juga sering komen di LivesMe-nya.

Gue ingin sekali dia tahu perasaan gue. Namun seketika gue jadi ragu dan malu. Selama ini Rexy tahu kalau gue memang terlalu pemilih, karena khawatir salah mendapat pasangan. Karena itu, gue cuma terlalu sibuk mengejar karir dan menumpuk tabungan untuk bisa menikah dengan gadis pilihan gue nanti. Kalau Dhea mengira gue bohong karena belum punya pacar gimana?

Soalnya perawakan gue nggak kurang menarik. Biar berat tubuh gue 70 kilogram, gue sudah menjaga perut gue untuk tetap rata dan indah dipandang. Secara fisik gue lebih atletis daripada Rexy yang lebih kurus dari gue. Pola hidup sehat yang gue jalani ini demi cinta gue ke Dhea. Soalnya, dia pernah mengungkapkan kalau fisik laki-laki juga jadi bahan pertimbangannya dalam memilih pasangan. Makanya gue nggak boleh cuek.

Tapi kalau bukan sekarang, gue nggak tahu lagi kapan waktu yang tepat. Gue harus bisa lebih berani mengungkapkan semuanya ke dia. Karena keberuntungan gue yang pertama, gue bisa ketemu dia. Yang kedua, dia dateng sendiri ke acara pertunangan Rexy dan gue boleh mengantarnya pulang.

Gue cuma nggak mau dia kehujanan mengingat akhir-akhir ini masih suka turun hujan dan dia lagi nggak bawa mobil. Soalnya matahari siang ini juga nggak terik-terik amat. Cenderung mendung, tapi nggak hujan. Pertunangan Rexy dan Saskia memang sudah terbekati. Karena Tuhan seakan mendukung acaranya dan membuat para tamu yang datang bisa merasa nyaman alias nggak kejemur sinar matahari hingga mereka mau buru-buru pulang saja.

“Kamu belum punya pacar ‘kan, Dhe?” tanya gue ragu-ragu. Dari caranya menatap gue, sepertinya dia juga suka sama gue sejak kami bertemu tadi. Yes!

“Belum. Kenapa? Apa penggemar rahasia kayak kamu mau jadi pacar aku?”

Gue langsung mengangguk kecil. Sepertinya Tuhan sedang berada di pihak gue, karena gue senang banget dengar pertanyaan Dhea walau dia jadi sedikit terlihat agresif, tapi gue suka!

“Kalau kamu mau lebih serius, a-aku siap juga, Dhe.” Astaghfirullah! Kenapa gue jadi semangat banget!? Tapi kalau ingat Rexy, dia pasti berharap yang sama supaya gue nggak jadi jomblo yang bangga masih sendirian lagi kayak kakak gue di rumah. Karena gue cuma dua bersaudara tinggal di rumah peninggalan mendiang ayah kami, dan ibu selalu berharap kami bisa menemukan pasangan yang kami inginkan. Semoga saja jawaban Dhea siang ini bisa menenteramkan hari-hari gue berikutnya.

Dhea malah tertawa renyah, tapi gue melihat raut wajahnya terlihat senang. Entah kenapa. “Lebih serius?” tanyanya.

“Aku tahu kita baru kenal, tapi aku boleh jujur nggak sama kamu?”

“Jujur soal apa?”

Seriously, aku merasa udah kenal dekat banget sama kamu karena sering lihat LivesMe kamu, Dhe,” ujar gue apa adanya.

“Hmm …,” Dhea menatap jauh ke jalan.

“Tapi aku cuma budak korporat, Dhe. Nggak punya perusahaan apa-apa.”

“Nggak apa-apa, Bar. Aku malah senang bisa kenalan sama pekerja keras kayak kamu.”

“Dari mana kamu tahu aku pekerja keras?”

Dhea mengangkat bahunya dan tersenyum. “Salah nggak kalo aku nilai kamu dari style kamu, kendaraan yang kamu pakai, dan teman-teman kamu waktu foto-foto di pesta Rexy tadi. Kamu pasti sudah kerja keras selama ini.”

Lihat selengkapnya