Cinta Sampai Mati

Nakshatra B.
Chapter #5

5

~ Jadi pacar Dhea itu impian sejuta umat. Anggap aja gue satu dari laki-laki yang beruntung bisa dipercaya untuk mencintainya

dan membuat setiap kenangan kami terasa lebih berarti. ~

 

~ POV. Barra ~


14 Februari 2024

LEVI pernah bilang kalau gue bisa capek banget pacaran sama influencer waktu dia tahu gue sering banget lihat LivesMe Dhea. Mungkinkah dia pernah punya pengalaman itu? Gue seharian ini mikirin sampai kami tiba di restoran Perancis yang baru buka di Pondok Indah, tapi gue nggak tahu persis jawabannya karena dia memang tertutup sekali kalau ada urusan soal cewek. Katanya, tugas penting influencer itu harus punya konten. Mungkin itu sebabnya Dhea ingin makan malam sama gue pas hari Valentine ini.

Happy Valentine, sayang.”

Happy Valentine too, guys!”

Gue meringis. Gue kira Dhea akan membalas ucapan Valentine gue, tapi ternyata dia hanya melambaikan tangan dan tersenyum ke gue saja. Gue nggak sadar kalau ponselnya masih ada di tangannya, dan dia masih memakai headset-nya. Tapi melihat senyumnya saja juga cukup buat gue. Karena ada dia di sini, setiap pagi gue jadi lebih bersemangat dan nggak sabar menunggu dia memberi gue kejutan atau kenangan yang cukup berarti buat gue.

Nggak lama, Dhea melepas headset-nya dan merapihkan rambutnya sambil tersenyum setelah kami turun dari mobil yang diparkir di restoran.

“Sori, beb.”

“Nggak apa-apa. Tapi apa kamu capek nggak sayang, bikin konten terus?”

“Nggak. Kalau kamu capek ngikutin aku terus bilang aja ya?”

“Nggak, kok. Aku malah seneng banget bisa nemenin kamu. Nggak perlu harus nunggu hari Valentine, aku udah sayang banget sama kamu. Karena kamu vitamin aku.” Dhea malah mengernyit heran mendengar ucapan gue. “Capek aku hilang lihatin kamu,” lanjut gue sambil meringis. Konten Dhea juga selalu seru dan positif. Mana mungkin gue letih. “Tadi aku cuma penasaran. Takut kamu yang bosen.”

Dhea sontak tertawa renyah dan menggeleng. Gue juga sudah tahu resikonya punya pacar yang jadi sosok influencer di LivesMe. Gue nggak pernah sebahagia ini bisa jalan bareng Dhea walau gue cuma bisa makan dan nonton dia yang lagi bikin konten.

Pokoknya selama masih dalam kaidah agama gue nggak akan larang dia kerja jadi influencer. Gue juga lihat dia selalu memberi manfaat untuk yang melihat kontennya atau sekadar follow akunnya dan jadi penggemar rahasia kayak gue dulu.

Lagian semua yang bisa membentuk gue sampai sekarang karena gue selalu menyimak nasihat-nasihat Dhea tentang cinta dan kehidupan di LivesMe-nya. Nggak jarang juga dia sharing soal makanan dan minuman yang sehat untuk dikonsumsi setiap kami berkunjung ke restoran atau kafe-kafe yang lagi tren di Jakarta. Dia selalu ingin makan dan minum apa saja yang menarik di matanya.

Sejak ayah meninggal enam tahun yang lalu karena penyakit livernya dan gue lagi susah-susahnya cari kerjaan setelah lulus S1 dari Akademi Pariwisata Jakarta, Dhea jadi satu-satunya influencer yang menginspirasi gue untuk tetap bersemangat dan memiliki gaya hidup yang menyenangkan.

Tanpa Dhea, mungkin gue nggak akan pernah berani juga untuk pindah dari kerjaan yang satu ke kerjaan yang lain demi dapat gaji yang sepadan. Sampai-sampai gue kepikiran untuk nekat kerja di Korea setelah Dhea membahas keinginannya itu namun sampai sekarang dia memilih stay di Indonesia karena sudah terlanjur nyaman dengan statusnya sebagai influencer.

Gue sudah nggak ngerti lagi kenapa gue bisa seklik ini sama Dhea setelah beberapa hari kami jalan bareng. Seandainya saja gue bisa kenal dia dari dulu, mungkin hidup gue nggak akan monoton lagi. Karena ternyata dia jauh lebih asyik dari yang ditunjukkin di siaran LivesMe-nya atau beberapa videonya yang terkadang membahas hal-hal yang serius dan cinta. Well, that is her live show.

Nggak lama gue selesai makan malam bareng Dhea, gue langsung mengantarnya pulang. Gue sudah cukup senang melihat dia bahagia malam ini. Katanya, dia ingin review pengalamannya datang dan mencicipi menunya sekaligus merayakan hari Valentine kami. Katanya, dia kenal sama pemilik restoran itu jauh sebelum ngajak gue makan di situ dan mereka sudah janjian untuk ketemuan hari ini. Tapi gue nggak sempat ngobrol banyak sama dia, karena dia sibuk bikin konten.

Kalau Levi bilang gue bakal lelah karena harus mengikuti ritme kesehariannya, ternyata dia nggak sepenuhnya benar. Karena setiap gue bisa menemani Dhea, gue malah kembali semangat karena gue merasa kegiatannya cukup menyenangkan. Karena gue bisa menemani dia jalan-jalan di waktu luang gue. Alias, tepat jam istirahat gue langsung pergi jemput Dhea ke apartemennya yang kebetulan nggak jauh-jauh banget dari kantor gue. Cuma lima belas menitan kalau nggak macet.

Waktu kami tiba di depan apartemen Dhea, dia tersenyum dan gue masih penasaran dengan kehidupannya sampai akhirnya dia cerita di jalan. “Jadi, kamu tinggal sendiri di sini?” tanya gue tanpa ragu. Karena gue baru berani menanyakannya hari ini, dan Dhea mengangguk.

Lihat selengkapnya