Cinta Sampai Mati

Nakshatra B.
Chapter #32

32

LAMA-LAMA omongan Levi semakin mengusik ketenangan hari-hari gue sama Dhea. Kalau lihat kegiatan Dhea sekarang, dia terlihat biasa-biasa saja. Nggak ada yang membuat gue berpikir dia sudah melakukan kesalahan. Kami cuma makan di restoran sepulang gue kerja, dan itu gue anggap untuk memupuk tali cinta kasih kami berdua. Nggak ada yang harus gue pusingkan. Ya, selain isi dompet gue sekarang.

Tapi gue baru gajian, dan kalau sekali-kali coba makan di restoran Vietnam yang Dhea temuin di Instagram nggak apa-apa juga. Apa mungkin sebaiknya gue juga ingetin Dhea lagi supaya gue sama dia bisa mengurangi intensitas makan di restoran menengah ke atas ini ya?

“Kenapa, sayang? Kamu nggak suka sama makanannya ya?”

“Nggak. Kamu udah selesai bikin kontennya?”

“Iya. Udah. Kamu udah ada uangnya?”

Gue menggeleng. “Belum sayang. Sabar ya. Aku masih usaha. Tapi ….”

“Tapi apa?”

“Hmm … sayang, kalo kita nikah dan kamu nggak perlu bikin konten lagi gimana?” Dhea langsung mendelik heran ke arah gue. Bukan ingin gue mengalihkan perhatian, tapi kayaknya dia memang harus tahu soal ini juga supaya keuangan gue nggak ketar-ketir lagi bulan depan. Kalau gue jelaskan sekarang, mau di bawa ke mana harga diri gue sebagai laki-laki? Gue nggak mau dianggap laki-laki mokondo yang tiba-tiba jadi susah, nggak punya uang gara-gara punya banyak cicilan, dan jadi numpang hidup sama dia.

Dhea masih menatap gue penasaran.

“Maksud aku, kamu cukup jadi istri sekaligus ibu untuk anak-anak kita aja. Nggak perlu lagi pusing sama kerjaan atau kamu harus post apa aja nantinya. Biar kita juga bisa jadi lebih hemat dan nabung untuk anak-anak kita nanti. Soalnya, pendapatan kamu juga random, kan?”

“Kamu mau aku berhenti jadi konten kreator cuma gara-gara kamu nggak punya duit lagi?”

“Nggak, sayang.” Iya. Dia benar. Tapi gue malu mengakuinya. “Aku bukan mau ngelarang kamu kerja. Tapi aku cuma mau kita mengurangi pengeluaran kita berdua. Demi masa depan kita juga,” ucap gue mencoba untuk lebih bijaksana. Bagaimana pun gue akan jadi kepala keluarganya. Semoga dia bisa mempertimbangkan keinginan gue ini nanti.

Tapi kenapa Dhea hanya bergeming dan melihat ke layar ponselnya dengan muka yang cemberut? Kayaknya percakapan gue soal karirnya cukup sampai di sini saja. Gue nggak mau dia tambah marah.

 

***

 

Aneh. Setelah gue makan sama Dhea semalam, kenapa hari ini dia belum balas pesan gue di WhatsApp? Gue telepon juga nggak diangkat. Apa dia marah karena gue ingin dia berhenti jadi influencer? Ugh!

Semua gara-gara-gara Levi. Iya. Kayaknya memang gara-gara dia, hubungan gue sama Dhea jadi terancam putus gini. Sudah berkali-kali gue kirim chat, tapi nggak dibalas-balas juga sampai detik ini.

Lihat selengkapnya