~ Kasih sayang gue ke Dhea seperti sudah nggak ada artinya lagi.
Apa ini cinta yang harus gue pertahankan? ~
~ POV. Barra ~
LAMA-LAMA omongan Levi semakin mengusik ketenangan hari-hari gue.
Selama ini nggak ada yang membuat gue berpikir Dhea sudah melakukan kesalahan. Kegiatannya juga terlihat seperti biasanya saja. Karena setiap gue punya waktu luang, kami cuma menghabiskan hari kami berdua untuk jalan bareng, dan itu gue anggap untuk memupuk tali cinta kasih kami berdua. Nggak ada yang harus dikhawatirkan. Ya, selain isi dompet gue sekarang.
Tapi gue baru gajian, dan kalau sekali-kali coba makan di restoran Vietnam yang Dhea temuin di LivesMe nggak apa-apa juga. Apa mungkin sebaiknya gue juga ingetin Dhea lagi supaya gue sama dia bisa mengurangi intensitas makan di restoran menengah ke atas ini ya?
“Kenapa, sayang? Kamu nggak suka sama makanannya ya?”
“Nggak. Kamu udah selesai bikin kontennya?”
“Iya. Udah. Kamu udah ada uangnya?”
Gue menggeleng. “Belum sayang. Sabar ya. Aku masih usaha. Tapi ….”
“Tapi apa?”
Kalau gue bilang yang sebenarnya, Dhea pasti marah lagi kayak waktu itu. Gue tersenyum saja. Karena uang masih bisa dicari walau susah. “Tapi aku butuh waktu lagi. Ya?”
“Ya, udah,” jawaban Dhea cukup terdengar dingin. Semoga dia nggak marah dan memang mau nunggu gue dapat uang lagi.
***