Cinta Sampai Mati

Nakshatra B.
Chapter #30

30

DUNIA memang belum berakhir meski gue sama Dhea putus dan perasaan gue masih tetap ada untuk dia. Yaa, mau gimana lagi? Dia sudah jadi yang pertama dan satu-satunya perempuan yang paling gue cintai.

Gue menyeret langkah gue yang terasa berat sekali dari pekarangan rumah Dhea. Tadinya gue berpikir untuk tetap mempertahankannya, tapi lagi-lagi gue lebih percaya Levi sekarang. Terkadang kebenaran memang menyakitkan, tapi mencintai Dhea sampai mati mungkin akan membuat kehidupan gue jadi lebih berantakan.

Mungkin gue memang bukan orang yang tepat untuk bisa membahagiakannya. Gue harus merelakannya untuk seseorang yang bisa menjaganya. Karena kalau Dhea masih bersama gue, mungkin dia nggak akan bisa menemukan kebahagiaannya dan karir yang selalu dia banggakan selama ini akan tersendat karena ketidakmampuan gue untuk mendukungnya lagi.

“Barra!”

Baru juga gue melangkah ke mobil, suara Dhea mengudara di telinga gue. Saat kepala gue menoleh, Dhea benar-benar sudah berdiri di depan pagar rumahnya. “I-iya, Dhe?”

“Aku salah ya?” tanya Dhea tertunduk dan nggak berani menatap gue.

Gue hanya tersenyum masam. Gue tahu dia pasti merasa nggak enak hati untuk ketemu gue setelah tahu semua masalah gue. Tadinya gue pikir dia memang sudah nggak mau tahu lagi dan nggak mau kenal sama gue lagi. Gue bisa terima itu, meski berat dan sulit untuk mengikhlaskan kepergiannya.

“Iya. Kita berdua udah salah ambil keputusan, Dhe.” Gue terus menatap Dhea lekat dan matanya sedikit basah waktu dia membalas tatapan gue. Perpisahan ini memang bukan keinginan gue, tapi gue juga nggak mau dia nggak bahagia kalau masih sama-sama gue dan memulainya dari nol tanpa bantuan finansial gue yang sekuat dulu.

“Aku minta maaf, karena selama ini aku udah egois banget. Aku nggak peka sama masalah kamu. Aku nggak pernah bisa mengerti kamu. Aku selalu ingin kamu menangkan tanpa peduli keadaan keluarga kamu. Aku juga selalu menganggap hidup kamu selalu baik-baik aja. Padahal kita berdua memang sedang nggak baik-baik aja.”

Gue tersentak Dhea bisa menyadari semua itu sekarang.

“Aku nggak mau lagi kamu memikirkan dan mewujudkan semua keinginanku terus, Bar. Pasti berat jadi kamu.”

“Tapi nggak lebih berat dari hidup kamu, Dhe. Aku tahu orangtua kamu selalu mengandalkan kamu sekarang.”

Dhea menggeleng. “Kamu juga berhak bahagia, Bar. Bukan cuma aku. Bukan cuma untuk kesenangan kita yang hanya sesaat. Aku nggak mau melukai siapa-siapa lagi.”

Bagaimana kalau kebahagiaan gue cuma ada di kamu, Dhe? Bagaimana kalau selama ini gue memang menikmati luka yang dia berikan karena gue memang mencintainya sedalam itu? Meskipun gue hanya bisa berdiri di belakangnya, gue merasa hidup gue jadi lebih berarti.

Ahh ... seandainya saja gue bisa mengungkapkan ini, tapi gue nggak mau lagi kami sama-sama bersikeras untuk bertahan dengan luka yang semakin hari mungkin akan semakin menggigit.

Lihat selengkapnya