Cinta Sampai Mati

Nakshatra B.
Chapter #18

18

~ Jalanlah yang jauh. Namun, keluarga adalah tempat pulang yang tepat untuk saling berbagi ketika hati mulai terasa kering dan gersang. Kalau aku tanpa dia, apalah artinya? ~

 

~ POV. Dhea ~

 

Rumah Dhea, Cimahi, Bandung...

HIDUPKU memang selalu banyak kejutan. Ketemu penggemar sendiri, jadian, jalan bareng, ditemani bikin konten, sampai dilamar laki-laki yang sudah mulai membuat aku takut kalau kehilangan dia.

Selama ini aku cuma nggak percaya diri untuk ketemu ibu Barra. Padahal di hatiku sekarang cuma ada dia. Aku senang sekali waktu dia membuka percakapan untuk ketemu ibunya. Karena…

Cuma Barra yang bisa melengkap hidupku.

Cuma Barra yang sanggup menerima kekuranganku.

Cuma Barra yang selalu membuat aku bahagia.

Hidup aku semakin lengkap kalau ada dia. Tuhan memang baik dan selalu punya cara-caranya sendiri untuk mempertemukan aku dengan jodohku.

“Assalamu’alaikum,” sapaku setibanya di rumah orangtuaku.

“Walaikumsalam. Waah! Bawa apa, Dhe?”

“Oleh-oleh, Ma, Pa. Ini buat Farah, Dinda, sama Lulu.”

“Kamu abis dari Singapura?” tanya Mama saat melihat gantungan kunci yang kuberikan ke dia dan adik-adikku satu per satu. Aku tahu kalau hari Minggu begini biasanya mereka sedang berkumpul di rumah dan nggak pergi ke mana-mana kalau lagi nggak ada uang atau uang pensiunan Papa sudah habis untuk biaya hidup sehari-hari mereka.

“Makasih, Kak. Bagus banget gantungan kuncinya,” seru Dinda yang langsung melihat gantungan berbentuk singa dengan gradasi warna keemasan dan biru. “Kebetulan bisa buat di kunci kamar aku yang udah jelek.”

“Makasih ya, Kak. Aku juga suka,” sahut Lulu. Farah yang duduk di sebelahnya ikut mengangguk.

“Makasih, Kak.”

“Sama-sama, sayang.”

“Dhe?”

“Eh, iya, Bu. Aku abis bikin konten traveling sama Barra.”

“Iya.”

Mama sontak terbatuk-batuk. Adik-adikku juga menatapku dengan pandangan heran.

“Tapi ‘kan pisah ranjang,” jelasku dan semua nampak bernapas lega. Memangnya apa yang sedang mereka pikirkan?

Lihat selengkapnya