~ POV. Dhea ~
Di Apartemen Dhea...
“APA semua gara-gara aku?” gerutuku pelan dan kesal sendiri.
“Bisa jadi, Kak.”
Aku tersentak Farah mendengar suaraku yang sudah kutahan agar nggak terlalu terdengar, tapi ternyata dia memerhatikanku.
“Farah!”
Aku terkejut mendengar sentakan Dinda. Walau terdengar pelan, tapi dalam sekali emosinya.
“Apa, Dinda sayang? Kalo itu kenyataannya, mau gimana lagi?”
Aku hanya pasrah saja membiarkan kedua adikku jadi bertengkar. Sejujurnya ingin sekali aku menepis ucapan Farah, tapi apa aku memang sudah jadi sumber petaka dalam hidup Barra? Kalau aku baru berpikir seperti itu, entah kenapa rasanya aku jadi seperti pacar yang kurang bisa empati padanya selama ini. Mataku sudah sembab karena berhari-hari menangis. Sedih sekali melihat keadaan dan hubungan kami yang tiba-tiba harus remuk hingga tak berbentuk. Tapi di sisi lain, aku juga kecewa karena dia baru mengungkapkan semua yang ia rasakan selama kami menjalani hubungan yang serius ini.
Aku nggak mengerti kenapa selama ini Barra selalu berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja. Padahal dia sedang rapuh dan nggak seperti yang terlihat olehku. Aku hampir nggak percaya dia bukan lagi Barra yang kukenal kali pertama kami bertemu.
“Katanya baik-baik aja, kok malah putus?” tanya Farah.
Aku hanya bergeming.
“Lihat, Din. Udah pisah aja masih nyariin,” celetuk Farah lagi sambil terkekeh.