Adam Harrison menatap sekeliling dengan penuh perhatian, mencari wajah-wajah yang mungkin penting untuk dikenal di antara kerumunan elit bisnis yang menghadiri acara malam ini. Di usianya yang tiga puluh lima tahun, Adam telah berhasil membangun nama besar sebagai CEO Harrison Enterprises, perusahaan teknologi yang berbasis di New York. Mengenakan setelan jas gelap yang melambangkan kekuatan dan otoritas, ia bergerak dengan percaya diri di antara para tamu yang berbaur dalam gemerlapnya acara amal tahunan untuk anak-anak miskin.
Tiba-tiba, pandangannya tertangkap oleh seorang wanita yang berdiri sendirian di ujung ruangan. Wanita itu memancarkan keanggunan yang tak tertandingi meskipun berada di antara kerumunan orang-orang paling berpengaruh di kota ini. Rambut hitam panjangnya tergerai dengan anggun di sepanjang punggungnya, dan gaun malam merah marunnya menonjolkan tubuhnya yang langsing. Ada sesuatu yang menarik Adam pada wanita itu; sesuatu yang tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata.
Sambil menyesuaikan dasinya, Adam memutuskan untuk mengambil langkah maju. Dengan langkah percaya diri, dia mempersilakan diri untuk berdiri di samping wanita itu. "Permisi, saya Adam Harrison. Senang bertemu dengan Anda," ucapnya sambil menyodorkan tangannya.
Maya Sinclair, dengan matanya yang besar dan tajam, menatap Adam dengan sedikit kecurigaan sebelum mengangkat tangannya dan menyambut jabatan tangan Adam. "Maya Sinclair," jawabnya dengan suara yang tenang namun tegas. "Senang bertemu juga, Mr. Harrison."
Adam melihat Maya dengan rasa ingin tahu yang tumbuh lebih kuat. Dia tahu bahwa dia perlu mengetahui lebih banyak tentang wanita ini. "Anda datang sendiri?" tanyanya sambil mencoba memulai percakapan.
Maya mengangguk singkat. "Ya, saya tidak terlalu suka keramaian. Saya hanya di sini karena undangan dari teman saya yang terlibat dalam pengorganisasian acara ini," jelasnya sambil tersenyum tipis.