Setelah pencarian kami di hari pertama nihil, kami berenam melanjutkan pencarian si sosok siswa misterius itu di hari kedua. Kali ini kami mulai dengan mengamati siapa saja siswa yang naik di bus yang sama dengan kami. Kami memulainya dari awal berangkat sekolah. Sungguh niat sekali aku dan teman-temanku dalam misi pencarian ini. Sesampainya di sekolah, kami tidak menemukan siswa yang kemarin naik bus yang sama denganku itu.
Kami semua melanjutkan pencarian kami dengan melihat di sepanjang jalan dan ruangan yang kami lalui di sekolah. Entah di koridor sekolah, ruang perpustakaan sampai musala sekolah. Hasilnya masih nihil alias belum bertemu juga. Di hari kedua ini dari berangkat sekolah sampai pulang sekolah kami tidak menemukan satu pun tanda-tanda keberadaannya. Entah di mana siswa laki-laki itu sebenarnya berada. Jangan-jangan itu hanya imajinasiku semata. Jangan-jangan dia makhluk tak kasatmata. Ah, tidak mungkin. Aku bukan anak indigo dan sepeka itu tentang hal-hal yang berkaitan dengan mistis. Aku mengada-ada.
***
Hari demi hari berganti. Semangat kami perlahan mulai mengendor. Kami sudah mencari ke mana pun sebisa kami dari mulai berangkat sekolah, saat di sekolah sampai saat pulang sekolah, tetapi takkunjung berhasil. Bahkan, siswa yang mirip dengan si siswa laki-laki misterius itupun tidak kami temukan. Aku mulai berusaha melupakan siswa laki-laki itu dan fokus pada pelajaran. Aku juga meminta teman-temanku untuk tidak usah lagi mencarinya. Aku berkeyakinan mungkin suatu saat nanti jika mataku tidak salah lihat, aku akan bertemu dengannya. Setidaknya aku bisa melihat wajahnya dengan jelas dan mengetahui namanya.
***
Hari ini jadwal pelajaran kami di jam pertama adalah olahraga. Setelah itu, dilanjutkan dengan pelajaran ilmu komputer dan selanjutnya ada praktik di laboratorium kimia hingga jam pelajaran usai. Begitu bel tanda masuk berbunyi, kami semua sekelas segera berganti pakaian dari seragam putih abu-abu ke seragam olahraga. Para siswa laki-laki tidak malu berganti pakaian di dalam kelas. Mereka bertelanjang dada dan mengganti baju seragam putihnya ke kaus olahraga. Kemudian, mereka bergantian bersembunyi di belakang papan tulis atau di bawah kolong meja untuk mengganti celana.
Sementara kami, para siswa perempuan harus bergiliran ganti baju di toilet sekolah. Untungnya ada 6 toilet wanita yang berjajar di dekat musala, jadi kami tidak terlalu lama menunggu antrean. Beberapa dari kami bahkan masuk ke dalam satu toilet berdua supaya lebih cepat dan tidak perlu mengantre lama. Itu cukup efektif mengingat waktu yang diberikan untuk berganti pakaian hanya 15 menit.