Dini menghela nafasnya sekali lagi. Ia melirik amplop berwarna coklat di depannya. Sementara dari balik kaca ia melihat suaminya sedang terlelap. Sangat pulas sekali. Bahkan jika ada gempa sekalipun Dini yakin suaminya tidak akan bangun dengan mudah. Tipe yang mudah terlelap jika lelah mendera.
Dini meraih amplop coklat itu dan membukanya. Sebuah kertas berwarna putih terlampir di sana. Dini membaca lagi, entah untuk ke sekian kalinya. Ia menatap lamat-lamat hurur demi huruf. Berharap yang ia baca adalah kemustahilan.
Kanker.
Itu diagnosa dokter kala ia memeriksakan dirinya ke rumah sakit setelah menemukan gejala-gejala aneh pada tubuhnya. Dan, tidak tanggung-tanggung. Penyakit kanker yang ia alami adalah kanker darah atau disebut juga sebagai leukimia.
Leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih abnormal. Leukimia jarang sekali terdeteksi. Atau gejalanya hampir sama dengan penyakit lain.
Pikir Dini ia hanya sakit biasa.
Hanya saja, saat gejala yang dialaminya semakin parah. Seperti sering mimisan tiba-tiba. Tubuh yang terus menerus merasa lelah padahal banyak beristirahat. Hingga tubuhnya yang jika terbentur sesuatu memiliki memar yang lama sekali hilang.
Saat itu Dini tahu, yang ia alami bukanlah penyakit biasa. Dan setelah ia memeriksakan ke dokter. Ia mendapati hasilnya sebagai berikut. Sebuah kertas di tangannya telah menunjukkan semuanya. Dan untuk memperoleh kesembuhan. Dini harus menjalani kemoterapi.
Kemoterapi bukanlah hal yang mudah dilakukan. Ada resiko jika melakukannya. Dini tahu hal itu. Sahabatnya pernah menjalani pengobatan itu dan tidak tertolong. Tepat satu tahun lalu. Sang sahabat menyerah. Sahabatnya meninggal dunia.
Dini sangat merasa kehilangan. Apalagi sahabatnya itu sangat dekat dengan dirinya. Dan Dini tidak mau suaminya pun merasakan hal yang sama.
Cukup satu tahun lalu saat dirinya juga mengalami keguguran dan kehilangan bayinya. Suaminya itu yang menguatkannya. Meski Dini tahu, suaminya juga pasti sangat-sangat sedih.
Terkadang Dini merasa tidak berguna. Ia punya banyak masalah dan dengan gampangnya melibatkan sang suami dalam masalahnya itu. Sudah cukup untuk semua hal yang dilakukan suaminya. Sekarang ia yang harus membalas.
Dengan tekad kuat Dini bangkit dari duduknya. Menyimpan surat keterangan dokter itu di dalam lemari kaca paling bawah miliknya. Setelahnya berkemas, membawa beberapa baju dan uang. Dirinya juga menulis sebuah surat yang ia letakkan di atas nakas.
Sejenak ia melihat suaminya. Sekali lagi sebelum ia pergi.
"Selamat tinggal," ucapnya lirih.
***