Seorang pemuda berkacamata dengan buku di tangannya sedang memperhatikan seorang perempuan yang cukup cantik. Perempuan itu duduk tepat di depan bangkunya. Meski hanya melihat punggungnya entah kenapa pemuda itu cukup senang.
Namanya pemuda itu Tio. Tio Alfian dari kelas Dua belas IPA satu. Kelas terunggul di sekolahnya dan merupakan murid berprestasi di bidang matematika. Dirinya cukup populer di kalangan sekolah. Namun, orang-orang tahunya Tio selalu berkutat dengan angka dan sangat cinta pada matematika.
Tio pendiam, jarang bergaul dan kuper. Julukannya di sekolah pun cukup untuk membuatnya minder. Culun, kutu buku. Tapi, siapa sangka. Di balik sikap pendiamnya itu Tio ternyata bisa jatuh cinta.
Tidak tanggung-tanggung malah. Tio jatuh cinta pada Bela. Sabela Anastasya, siswi populer di sekolah karena kecantikannya dan juga seorang model. Waktu pemilihan raja dan ratu sekolah. Bela terpilih sebagai ratunya karena kecerdasan sekaligus kecantikannya.
Bela duduk di kelas IPS dua. Kelasnya bersebrangan dengan kelas Tio. Untuk melihat Bela, Tio hanya harus keperpustakaan di jam istirahat kedua. Di saat itulah Bela membaca buku hingga bel berbunyi.
Meski hanya menatap dari jauh, tidak terasa bagi Tio. Ia telah menyukai Bela selama tiga tahun. Dan tahun ini adalah tahun terakhir.
Teng... teng... teng...
Bel sekolah berbunyi. Tio melirik arlojinya. Entah kenapa waktu cepat sekali berlalu saat dia sedang berada di perpustakaan. Sejenak Tio melirik Bela. Gadis itu sudah keluar bersama dengan buku di tangannya.
Tio pun ikut membereskan buku-bukunya. Ia keluar dari perpustakaan dengan lesu. Apalagi hari ini hari jum'at. Sekolah akan pulang setelah bel berbunyi. Itu artinya Tio tidak akan berjumpa dengan Bela sampai besok.
"Tio!"
"Eh?" Tio celingukan, menoleh kesana kemari melihat siapa yang sedang memanggilnya. Namun nihil, tidak ada orang sama sekali. Jalanan menuju rumahnya adalah sebuah gang yang cukup sepi.
"Tio!"
Tio mengedarkan pandangannya sekali lagi. Tepat di belakangnya seorang wanita dewasa yang memakai gaun berwarna putih melambaikan tangan padanya.
"Astaga!" Pekiknya kaget, bulu kuduknya berdiri seketika.
"Jangan takut! Ehm... Ayah."
"Ayah?"
"Aku anakmu."
"Anak?" Ucap Tio kaget. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Melirik kanan dan kiri. Sialnya sedang tidak ada orang sama sekali. Tio memepetkan tubuhnya ke tembok di dekatnya berdiri.