Cinta Segitiga: Aku, Kamu dan Cicilan KPR

Tresnawati
Chapter #2

Rapat Kredit & Rencana Pernikahan


Pagi itu, aroma kopi sachet dan mie instan menyatu dengan semangat perencanaan masa depan. Di ruang tamu kos Ardi—yang meja belajarnya lebih sering dipakai buat naro piring kotor ketimbang belajar—Dina duduk bersila dengan laptop terbuka, wajah serius, dan tangan siap mengetik seakan-akan sedang mengatur neraca keuangan negara berkembang.

Tab-tab Excel berjejer rapi: Gedung_Pilihan, Katering_Galau, Dekorasi_Atau_Dekorasiin_Aja Sendiri, dan yang paling menyesakkan: Simulasi_KPR_ApakahKitaWaras.

“Jadi,” kata Dina, tanpa basa-basi, “kita mulai dari mana dulu? Gedung, katering, atau neraca emosi?”

Ardi menguap kecil sambil menyeruput kopi sachet rasa vanilla yang katanya limited edition tapi rasanya seperti air rendaman biskuit. “Dari yang paling penting aja dulu: gedung.”

Dina mengetik cepat, lalu menunjuk layar. “Ada tiga pilihan. Yang pertama, Gedung Arjuna. Kapasitas 300 orang, harga 20 juta, parkiran sempit. Yang kedua, Aula Melati, murah tapi AC-nya suka nyala sendiri kayak kerasukan. Yang ketiga, Balai Cinta Abadi—mahal, tapi ada live streaming dan tenda anti hujan.”

Ardi mengangguk-angguk, lalu menyipit. “Tunggu, ini harga sewa gedung atau cicilan apartemen?”

“Makanya kita harus realistis,” kata Dina, menahan napas. “Kita undang berapa orang, sih?”

Ardi berpikir. “Keluarga aku... 50. Keluarga kamu… 70-an. Teman-teman kerja aku, paling 10. Teman kamu?”

“Seratus dua puluh,” jawab Dina tanpa ekspresi.

“Ha? Itu... kamu mau nikah atau reuni SMA plus arisan RW?”

“Udah janji sama geng kuliah. Mereka nggak mau cuma lihat dari story Instagram, katanya aku harus nikah ‘secara offline’.”

Ardi menghela napas panjang. “Baiklah. Tapi undangan kita cetak biasa aja ya, jangan yang ada pita-pitanya. Nanti orang malah kira kita jualan parcel.”

Dina tertawa kecil, lalu berpindah ke sheet berikutnya: Katering_Galau.

“Sekarang soal makanan. Menu A: 30 ribu per piring, isinya nasi putih, ayam goreng, sambal, kerupuk. Menu B: 50 ribu, ada rendang, sayur lodeh, es buah. Menu C: 75 ribu, ada sate, rawon, dan free-flow infused water.”

Ardi menunjuk Menu A. “Yang penting ada nasi. Kalau ada nasi, orang nggak bakal marah. Paling bisik-bisik aja.”

Dina menatapnya. “Tapi nanti Om aku protes, dia vegetarian.”

Lihat selengkapnya