Cinta Segitiga: Aku, Kamu dan Cicilan KPR

Tresnawati
Chapter #10

Kehidupan Rumah Pertama - Bocor, Listrik Mati, dan Tagihan Tak Kenal Ampun


Pagi itu Ardi bangun karena suara tetesan air. Awalnya ia pikir itu alarm air purifier yang lupa dimatikan. Tapi saat kakinya menyentuh lantai dan merasakan genangan air dingin merambat ke tumitnya, ia sadar: bukan purifier. Ini sungguhan banjir lokal.

“Dina!” serunya, panik.

Dina yang baru saja selesai salat Subuh menoleh dengan tenang. “Itu bocor dari langit-langit. Tadi malam hujan, kan?”

“Lho, kita baru pindah dua minggu. Masa udah bocor?” Ardi menatap langit-langit ruang tamu yang menghitam di satu sudut, air menetes dengan irama menyedihkan. Tik... tik... tagihan renovasi...

“Ya mungkin rumahnya kaget. Tiba-tiba ditempatin, terus keringat dingin,” kata Dina, masih bisa bercanda di tengah kebasahan.

Mereka berdua buru-buru menggelar ember bekas cat yang belum sempat dibuang, ember cucian, bahkan panci rice cooker yang belum dibongkar dari kardus. Semua berubah fungsi jadi wadah penampungan bocoran air.

“Ini kalau diteruskan, kita bisa panen air hujan. Bikin startup ‘Air Hujan Organik’,” Ardi bersungut-sungut sambil mengepel.

Tapi kejutan pagi itu belum selesai. Saat Dina mencoba menyalakan dispenser untuk bikin kopi, lampu dapur tiba-tiba mati.

Klik.

Gelap.

Klik klik klik.

Masih gelap.

“Listriknya mati?” tanya Ardi, setengah berharap itu cuma saklar longgar.

Dina memeriksa meteran. “Token-nya habis.”

“Token? Bukannya kamu isi kemarin?”

“Iya, tapi cuma lima puluh ribu. Katanya biar hemat.”

Ardi mengerang. “Kita tinggal di rumah sendiri bukan berarti kita hidup di zaman sebelum PLN.”

Dina mengangkat bahu. “Salah sendiri kamu nyalain kulkas, dispenser, charger HP, dan heater air barengan. Rumah ini daya 900VA doang.”

“Aku nyalain cinta juga. Tapi kayaknya kamu belum nyambung,” kata Ardi, dramatis.

Mereka berdua tertawa, tapi juga pasrah. Rumah pertama mereka memang penuh kejutan—sayangnya bukan kejutan manis seperti bunga atau diskon Tokopedia, tapi lebih ke arah “plot twist kehidupan”.


Satu minggu kemudian, bocor belum diperbaiki karena tukang langganan mereka, Pak Iskandar, sedang pergi umroh. Yang datang malah anak magangnya, Dedi, yang lebih sering bertanya ke Google daripada memperbaiki.

“Ini kayaknya karena talang airnya kebalik, Mas. Atau bisa juga karena rumah sebelah lebih tinggi jadi aliran air ke sini.”

Ardi mengerutkan dahi. “Terus solusinya?”

Lihat selengkapnya