Cinta Segitiga: Aku, Kamu dan Cicilan KPR

Tresnawati
Chapter #14

Bersama Tapi Sendiri yang Bayar


Dina duduk di ruang tamu rumah mereka yang—secara teknis—masih milik bank. Tangannya menggenggam remote TV, tapi pikirannya sedang memutar tayangan lain: saldo rekening yang makin tipis, tagihan listrik yang makin tebal, dan cicilan yang tetap manja minta diperhatikan tiap tanggal 10.

Di sebelahnya, Ardi tertidur pulas di sofa, dengan posisi yang menandakan kebahagiaan—atau kelelahan, atau kombinasi keduanya. Di meja, laptop Dina terbuka, memperlihatkan spreadsheet pengeluaran rumah tangga yang sudah mirip data sensus penduduk.

"Kalau aku yang terus isi formula Excel ini, jangan-jangan nanti nama anak kita kutulis di kolom cicilan," gumamnya lirih.

Ardi, tentu saja, tidak mendengar. Dia bahkan berdengkur pelan, seperti alarm tagihan yang tertunda.

Dina memandangi wajah suaminya, lalu kembali menatap layar laptop. Angka-angka itu seperti mengejeknya. Cicilan KPR: Rp4.250.000. Listrik: Rp650.000. Air: Rp120.000. Belanja bulanan: Rp1.500.000. Dan di bawahnya, dengan huruf tebal: Cicilan Sofa (batal beli, tapi masih jadi trauma).

"Aku sayang kamu, Di... tapi kalau semua tagihan ini aku yang pikirin, aku lebih sayang diskon 50% belanja bulanan," bisiknya.

Ia bangkit, menuju dapur, menyalakan dispenser air yang berisik seperti suara hati yang tidak didengar. Gelasnya hampir penuh ketika dari belakang terdengar suara:

“Sayang... kamu belum tidur?”

Dina menoleh. Ardi berdiri setengah sadar, rambut acak-acakan seperti gaya hidup mereka sekarang.

“Belum,” jawab Dina datar. “Lagi quality time... sama tagihan.”

Ardi menguap. “Makasih ya udah urus semuanya.”

Dina hanya mengangguk, lalu kembali ke meja makan. Ardi mengikutinya, duduk di seberangnya.

“Maaf ya, aku capek banget akhir-akhir ini. Kerjaan lagi banyak.”

Dina mengangguk lagi. Kali ini sambil menyeruput air putih, seolah butuh kekuatan dari zat netral itu sebelum bicara lebih lanjut.

“Aku juga kerja, Di,” katanya akhirnya. “Tapi kayaknya kamu lupa, kalau di rumah ini... aku bukan cuma istri. Aku juga akuntan, sekretaris, ibu rumah tangga, dan kadang... debt collector.”

Ardi terdiam.

Dina melanjutkan, “Kamu masih ingat terakhir kali kamu transfer setengah bagian KPR kita tanggal berapa?”

Ardi berpikir keras, seperti siswa ujian matematika yang lupa rumus dasar.

“Ehm... dua minggu lalu?”

Dina membuka laptop. Klik. Scroll. Tunjuk. “Tiga minggu lalu. Dan itu bukan setengah. Itu seperempat. Sisanya... aku yang bayar.”

Lihat selengkapnya