Cinta Segitiga: Aku, Kamu dan Cicilan KPR

Tresnawati
Chapter #15

Kredit Motor, Kredit Masalah


Dina baru saja selesai menyapu teras rumah yang belum sepenuhnya kering dari sisa hujan semalam. Debu bercampur lumpur seperti mencerminkan suasana hatinya: agak kotor, setengah kesal, dan sepenuhnya lelah. Ia berdiri sambil menyandarkan sapunya, menatap ke ujung gang tempat motor tua mereka biasanya diparkir. Tapi pagi itu, bukan motor tua yang ia lihat.

Melainkan... motor mentereng warna merah marun, dengan plastik pelindung jok yang belum dilepas, dan plat nomor sementara yang masih tergantung seperti gigi bayi goyang.

Dina mendekat dengan langkah pelan, seperti mendekati hewan liar yang bisa menyeruduk emosi kapan saja.

Dan di sana, Ardi berdiri penuh bangga. Dengan gaya seperti presenter otomotif di YouTube, ia mengelus bodi motor itu seperti sedang membelai masa depan.

“Gimana?” tanya Ardi, senyum lebar terpajang. “Keren, kan?”

Dina diam.

“Ini... hadiah buat kita juga. Biar gampang ke kantor, gampang beli sayur, nggak perlu nebeng motor mas tetangga yang suka nyanyi ‘Kemesraan’ tiap pagi.”

Dina masih diam. Tapi matanya bergerak cepat, dari roda ke jok, dari knalpot ke tulisan ‘Tenor 36 bulan, bunga ringan, DP langsung bawa pulang!’ yang masih tertempel di bodi motor.

“Aku... ambil kredit. Tapi tenang! Ringan kok cicilannya. Cuma sejuta sebulan. Kita tinggal ngurangin beli kopi kekinian sama—”

“SEJUTA?” potong Dina.

Ardi menelan ludah. “Tapi tenang, kita kan bisa atur—”

“Kamu ambil kredit motor... tanpa ngomong dulu?”

Ardi mencoba tertawa. “Aku pengen surprise...”

Dina menatap tajam. “Kalau gitu, tunggu bentar. Aku juga punya surprise. Mau?”

Ardi, yang entah kenapa masih berharap ada surprise baik, mengangguk.

Dina masuk rumah, lalu keluar lagi. Tapi bukan dengan hadiah. Dengan kalkulator.

“Surprise! Yuk kita hitung bareng sisa uang bulanan setelah KPR, listrik, air, internet, BPJS, gas elpiji, cicilan sofa, dan... oh iya, kemarin kamu nambah langganan streaming drama Korea, kan? Demi nonton ‘Oppa Tertawan Utang’?”

Ardi tertunduk.

“Kamu beli motor, padahal kita baru aja ribut soal isi dispenser air, lho! Kita ribut gara-gara galon, sekarang kamu malah bawa pulang kendaraan roda dua!”

“Tapi kan aku pikir, Dina... kita butuh kendaraan yang aman, nyaman, dan—”

Lihat selengkapnya