Sedangkan di sisi lain. Titik juga menangis tersedu sedu di kamarnya. Ingin rasanya ia marah. Tapi kepada siapa. Karna semua keluarga nya menuduh suaminya seorang pengkhianat. Dan Titik hanya bisa menumpahkan tangisnya di dalam kamar.
" Ibu !!Titik sangat sedih ini kah duka Titik bu," isak Titik yang tak mungkin berkeluh kesah pada kakak dan adiknya.
Selama ini Titik tak bisa hidup normal seperti saudaranya yang lain. Karna hanya dirinya saja yang mempunyai suami seorang tentara. Seperti sang ibu dan juga sosok bapaknya pak Soeharto
" Titik harus banyak bersabar ya nak, seperti ibu dulu yang harus selalu sabar dan setia menunggu bapak mu pulang. Karena suami mu berbeda dari yang lain. Kuat lah dan banyak banyak lah berdoa." Kata bu Tien tergiang giang di telinga Titik. Setiap kali ia bercerita pada sang ibu. Dan saat ini, tak ada lagi orang yang bisa Titik mintai nasehat dan tempat mengadu. Karna ibu nya pergi sudah pergi dua tahun yang lalu.
" Hiks ...hiks ...ibu doakan Titik selalu ya bu, agar Titik bisa kuat,"isak Titik lirih. Dengan air mata yang berlinang.
Dan kamarnya jadi saksi bisu kesedihan nestapa Titik. Bahkan ia tak bisa membela suaminya di depan keluarganya sendiri. Padahal selama ini suaminya lah yang paling banyak membantu bapaknya.
" Ya tuhan apa salah dan dosa kami. Sehingga kami di paksa untuk berpisah. Apa kata Didit, jika ia bertanya tentang papinya," Isak Titik yang hanya bisa menangis. Untuk menumpahkan segala rasa sakitnya Yang sangat mendera di dalam hati. Karna semuanya begitu teramat menyakitkan.
" Ujian dari Allah itu tidak padang bulu ndu, entah itu wanita ningrat ataupun rakyat biasa. Kita harus bisa menerimanya. Ibu percaya Titik pasti kuat ndu. Fokus saja pada pendidikan Didit. Suatu saat suami mu itu pasti akan sukses,"kata mendiang ibu Tien. Yang membuat tangis Titik menyusut.
Titik menjalani hari harinya dengan perasaan sedih. Namun ia tetap harus tersenyum. Karna ia tak ingin menunjukan kehancurannya Titik juga wanita yang santun. periang dan juga ceria. Selain itu Titik juga pintar dan cerdas. Selain setia dan penyayang. Itu juga sangat romantis. Dan itu membuat Bowo jatuh cinta pada gadis sederhana itu. Sekali pun Titik anak seorang pemimpin besar . Namun Titik anak yang mandiri dan tidak manja. Titik juga terkenal baik hati diantara teman temannya. Sehingga banyak pria yang menaruh hati padanya. Namun pada Bowo lah hati Titik menautkan hatinya.
Setelah beberapa bulan kejadian itu. Keduanya hanya bisa saling bicara lewat telpon. Dan setelah kejadian tragedi tenang . Titik pun merayu bapaknya Untuk membiarkan Didit bertemu dengan papinya.
Itu pun karna laporan anak buah pak Harto. Saat itu Didit sering terlihat murung dan selalu bersedih. Dan Didit sempat berkata pada ajudan kakeknya
" Apa kalian bisa membawakan papi ku pulang. Selama ini walau papi ku pergi lama dan jauh untuk berperang. Didit yakin papi pasti akan pulang kerumah. Tapi hari ini, walau papi ku baik baik saja di luar sana. Dia tidak bisa pulang menemui kami," lirih Didit terlihat sendu. Tiap kali ia ingin bertemu dengan papinya. Membuat kakeknya itu berpikir. memberikan izin pada Bowo untuk bertemu cucu kesayangan itu.
Bowo pun tidak kalah sedih. Ia selalu minta pada orang orang dekat sang istri untuk selalu mengawasi Didit kecil. Sehingga pada akhirnya Bowo di ijinkan bertemu Titik dan Didit suatu hari.
Dan saat itu pak Harto masih belum percaya pada Bowo.