Kadang cinta tidak bisa memilih kemana dia akan berlabuh, karena cinta menyangkut soal rasa dan hati. Cinta tidak mengenal logika, mengalir begitu saja menelusuri ruang rasa, mencari kenyamanan dimana dia bisa terhenti, dan menikmati rasa aman dan kenyamanan. Begitulah yang dirasakan oleh Grasto, seorang politisi lajang yang mencari tambatan hatinya.
Grasto ingin mempersunting kekasihnya Runi, seorang pelacur jalanan yang dia kenal sewaktu dia jalan-jalan disekitar melawai, sehabis mengahadiri rapat paripurna, dia melihat Runi yang cantik berdiri dipinggir jalan sedang mencari pelanggannya.
Keinginannya tersebut dikemukakannya pada Seruni, dalam sebuah kesempatan, saat bertemu dengan Seruni,
“Runi, aku mau menikahi kamu, kamu mau ya?
“Jangan mimpi mas, kamu masih bisa cari orang yang lebih terhormat dari aku”
“Aku tidak mencari wanita yang terhormat dimata orang lain Runi”
“Aku ini cuma pelacur jalananan mas, mana pantas mendampingi anggota parlemen"
"Otakku nggak nyampe mas, aku gak mampu berada dilingkungan seperti itu”
“Aku butuh alasannya Runi, bukan jawaban aja, apa bedanya aku sama kamu? jabatanku bukanlah kehormatanku, sama seperti halnya kamu Runi”
“Tapi mas, siapa yang mendampingi kamu itu, akan mempengaruhi jabatan kamu”