Suasana dalam ruang sidang terlihat memanas, beberapa fraksi menginginkan semua lokasi prostitusi yang selama ini sudah dilokalisasikan segera ditutup, sementara beberapa fraksi lainnya mencoba memberikan solusi, agar mereka juga diberikan kesempatan untuk memperbaiki hidup.
Grasto termasuk anggota fraksi yang ingin memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi para PSK yang sudah dilokalisir tersebut, cuma fraksi penentangnya tetap ngotot, dan tidak peduli dengan nasib para PSK yang mau digusur itu.
“Sebagai wakil rakyat, adalah kewajiban kita memperhatikan nasib mereka, sekalipun mereka pelacur, hak hidup mereka dilindungi Undang-undang, sama haknya seperti kita, kita ada digedung parlemen ini, juga karena mereka, jadi tolong hargai posisi mereka” Grasto mengemukakan argumentasinya membela PSK yang akan digusur.
“Tapi keberadaan mereka itu, seperti borok dalam negara ini” kata salah seorang anggota dewan lainnya
“Maaf, saya kurang setuju dengan pendapat ini, kalau mereka borok, lantas para koruptor itu apa ? kenapa sebagian besar dari kita disini, lebih senang membela para koruptor dibandingkan membela PSK? jangan-jangan diantara kita inipun ada yang suka menikmati jasa PSK?
***
Seruni menonton perdebatan yang di tayangkan secara live itu, matanya berkaca-kaca penuh haru, betapa dia melihat Grasto begitu gigih memperjuangkan nasib teman-temannya yang tidak seberuntung dia, begitu bangganya dia pada Grasto, laki-laki pujaannya, yang dicintainya sepenuh hati, selalu keraguan menyelinap dilubuk hatinya, apakah ia memang pantas mendampingi laki-laki hebat ini.
Seruni tertidur di sofa depan tv, sementara tv tidak lagi menayangkan sidang paripurna tersebut, Seruni yang begitu cantik, lelap tertidur dalam kesendiriannya, hanya memakai daster rumahan, terlihat cantik dalam lelap tertidur.
Seorang laki-laki yang begitu seram dan kekar muncul dengan mengendap-endap di rumah Seruni, dia melihat Seruni yang tertidur begitu pulas, laki-laki tersebut tiba-tiba membekap dan memeluk Seruni dengan erat. Seruni berusaha untuk memberontak, tapi kalah tenaga.
Seruni begitu cemas terhadap nasibnya, dia berusaha untuk melepaskan diri dari laki-laki tersebut. Laki-laki itu semakin beringas, Seruni sangat ketakutan namun dia tidak berdaya. Laki-laki itu berusaha untuk memperkosa Seruni, dengan kasar dia perlakukan Seruni, Seruni sangat ketakutan, mau berteriak tidak bisa, karena tangan laki-laki itu sangat kuat menutup mulut Seruni.
"Kalau kamu tidak ingin selamat, silahkan terus memberontak"
"Tidak ada yang mendengar teriakan kamu"
Laki-laki itu berusaha melucuti pakaian Seruni satu dengan paksa, Seruni akhirnya hanya bisa pasrah, dia tidak berani melawan ancaman laki-laki itu.
Seruni terbangun dari tidurnya, karena dering telpon yang masuk di hapenya, napasnya masih tersengal-sengal, dia begitu takut membayangkan semua peristiwa yang dialaminya didalam mimpi tersebut. Dia tidak ingin menceritakan apa yang barusan dialaminya didalam mimpi, dia takut menjadi pikiran Grasto.
“Sayang, kamu siap-siap ya, ntar jam 7 malam aku jemput, aku sudah selesai sidangnya”
“Ya mas, aku juga liat kamu tadi di Tv, aku senang banget mas, aku terharu”