Tidak ada yang tahu dengan siapa kita dijodohkan-Nya, tapi ada isyaratnya, laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik-baik, begitu juga perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, maka jika ingin mendapatkan pasangan yang baik, berprilaku baiklah.
Setelah pulang dari rumah Seruni, Grasto lebih banyak melamun. Dia sangat dilematis ketika didesak Seruni untuk segera menikahinya. Bagi Grasto, Seruni tidak ada kekurangannya sebagai seorang perempuan, justeru dia melihat kekurangan yang ada pada dirinya sendiri.
Grasto merasa tidak sempurna sebagai lelaki, meskipun dia tahu kalau Seruni adalah wanita yang membuat hidupnya lebih bergairah. Hanya saja dia takut tidak bisa membahagiakan Seruni.
Kegelisahannya tersebut ingin diungkapkannya pada Seruni, dia tidak ingin Seruni kecewa setelah mereka menikahi. Dia merencanakan sebuah pertemuan dengan Seruni sebelum pernikahan dilangsungkan.
Grasto mengajak Seruni ke sebuah tempat di daerah Puncak, dia ingin mengungkapkan semua tentang dirinya pada Seruni. Dia hanya ingin berdua dengan Seruni di tengah hamparan perkebunan teh yang begitu indah.
Di sebuah Villa yang disekelilingnya hamparan kebun teh, disitulah Grasto menumpahkan semua perasaan, dan ganjalan yang ada di hatinya. Seruni sangat senang dengan suasana disekeliling Villa tersebut, yang membuat dia lebih senang lagi, Grasto ingin membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.
Grasto dan Seruni duduk diteras Villa menghadap ke perkebunan teh. Grasto memeluk hangar Seruni. Pikirannya berkecamuk, dia tidak tahu harus memulai dari mana membicarakan rencana pernikahan itu.
Grasto lama terdiam, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal dengan desakan menikah tersebut, namun dia berusaha untuk tetap tenang, dia tidak ingin Runi kecewa.
"Runi, aku ingin kita segera menikah, tapi" Grasto menghentikan ucapannya sejenak
"Tapi apa mas? apa yang membuat mas ragu? disaat saya sedang betul-betul butuh mas" desak Seruni penuh tanya, dia merasa Grasto kurang serius ingin menikahinya
"Maaf runi, sedkitpun aku tidak ragu, justeru aku kuatir setelah menikah, aku malah tidak bisa membahagiakanmu" Grasto mulai ingin membuka kekurangan yang dimilikinya, dan kekurangan itu selalu mengganjal di hatinya.
"Mas, Jauh-jauh hari aku sudah mempersiapkan diri, untuk bisa menerimamu apa adanya, jadi mas jangan kuatir" sambil mengarahkan itu, Seruni menatap wajah Grasto yang ada disampingnya.