Mobil Grasto melintas kearah Slipi menuju Tol Kebun Jeruk. Grasto telpon Seruni mengabarkan kalau dia sedang menuju pulang, dia minta Seruni agar segera siap-siap untuk keluar nanti malam. Sayup-sayup lagu Painkiller dari Ruel mengalun melatari perjalanan pulang Grasto sebagai backsound..
Sepanjang perjalanan pulang Grasto terngiang-ngiang dengan ucapan Todhy, diluar dugaannya Bagas sudah merencanakan kejahatan terhadap dirinya, bagi Bagas, Grasto adalah duri dalam daging yang harus disingkirkan dari DPR. Motif Bagas menitipkan Nancy sebagai staff khususnya hanya untuk memata-matai Grasto, dan mencari kelemahan Grasto.
Perjalanan Grasto menuju kerumah begitu tersendat. Grasto mulai kepikiran untuk menempati rumah dinas DPR yang belum sempat dia tempati, dia lebih memilih untuk tinggal dirumah yang sengaja dia beli untuk Seruni. Diluar dugaannya, ternyata lalu-lintas menuju kerumah Seruni tidak berubah, masih selalu padat merayap.
Keberadaan Nancy diruang kerjanya tadi pagi menimbulkan pertanyaan dibenak Grasto, dia mencoba menyelisik apa Sebetulmya yang sedang direncanakan Nancy didalam ruangannya. Memang terkesan Nancy ingin membicarakan sesuatu dengannya, namun Grasto mencurigai ada motif lain yang disembunyikan Nancy.
Mobil Grasto sudah memasuki kawasan perumahannya, wajah Grasto terlihat agak kusut, terlihat sangat lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan macet. Namun Grasto berusaha untuk tetap segar, dia tidak ingin Seruni kecewa, dia ingin malam ini Seruni bisa bahagia dan terhibur dengan diajak keluar makan malam bersama.
Mobil Grasto memasuki halaman rumah, Seruni menyambut kedatangan Grasto seperti biasanya, Seruni mencium tangan Grasto, dan Grasto membalas dengan kecupan dikening Seruni. Grasto merangkul Seruni sampai masuk rumah, dan mereka duduk sejenak diruang tamu. Seruni membantu melepaskan Jas dan dasi Grasto.
Ketika Seruni ingin melepaskan sepatu Grasto, tangan Grasto menahannya,
"Biar aku yang lepaskan sendiri sayang, mulai hari ini, aku gak ijinkan lagi kamu ada dibawah didekat kakiku, kamu tidak pantas melakukannya"
"Kenapa mas kok aneh?
"Aku gak mau memperlakukan kamu seperti itu runi, itu perilaku feodal"
"Kamu kayaknya capek sekali mas"
"Capek dijalan sebetulnya, pekerjaanku sih gak bikin capek, cuma duduk-duduk, selebih ikut sidang, cuma itu, mulai dari tomang sampe Karawaci macetnya minta ampun deh"
"Ya itu termasuk tugas DPR mikirin cari solusinya mas, biar gak cuma duduk-duduk dan menyalahkan pemerintah"
"Wuih, dahsyat pemikiran kamu runi, tumben nih kamu tertarik ngomongin politik?
"Suamiku politisi, setidaknya aku harus punnya wawasan politik mas, supaya aku tidak canggung mendampingi kamu mas"
"Tapi ngomong-ngomong kamu belajar dari mana runi, mas betul-betul surprise"
"Yah, cuma dari hape dan televisi mas, setiap hari berseliweran berita-berita politik, yaudah aku siapin buat makan malam dulu ya mas, mas mandi dulu deh"
"Lho? emang gak jadi makan malam diluar runi?
"Gak usah mas, aku gak tega, kamu kelihatan capek banget, kita obrolin dirumah aja ya, udah mas mandi dulu sana, aku mau kedapur"
Seruni menuju kedapur dan Grasto langsung ke kamar. Grasto masih bertanya-tanya dalam hati sepertinya bakal ada ledakan dahsyat dari Seruni, dia melihat gelagat yang tidak biasa dari isterinya. Tiba-tiba Seruni begitu kritis meskipun tetap menjalankan fungsinya sebagai isteri.