Dan akhirnya tibalah hari Sabtu yang aku tunggu-tunggu. Hari ini aku bangun lebih awal, karena ingin ikut Mamah pergi ke pasar. Rencananya aku akan membeli bahan-bahan untuk membuat kue Chocolate Brownies.
“Mel’ coba cek lagi barang belanjaannya, udah semua kamu beli belum?”, Mamah mengingatkanku.
“Sebentar Mah..”, aku pun langsung mengecek ke setiap keresek belanjaan.
“Terigu, gula, telur, butter, dark cooking chocolate, bubuk cokelat dan kacang almond. Hmm, udah semua Mah’..”, sahutku.
“Oke, ya udah yuk kita pulang..”, ajak Mamah.
“Yuk Mah..”, jawabku.
Jarak antara kompleks rumahku dan pasar tidak terlalu jauh. Dengan berjalan kaki, kurang-lebih hanya memakan waktu hingga 15 menit. Sesampainya di depan pagar rumah, aku pun langsung bergegas masuk dan menuju ke dapur untuk menaruh barang belanjaan.
“Mah’ Amel mandi dulu yah’? Habis itu Amel langsung balik lagi ke dapur untuk mulai bikin kuenya”, aku pun meminta izin pada Mamah.
“Oke sayang..”, jawab Mamah. “Oh iya Mel’, kalo Raka suka makanan apa?”, sambung Mamah lagi.
“Hmm.. Kalau kita lagi jalan berdua sih’ dia lebih suka ngajak makan sandwich gitu Mah’.. Mungkin makanan Western kali yaa..”, jawabku.
“Oh.. Ya udah, Mamah masakkin Chicken Cordon Bleau, French Fries sama Salad aja ya untuk makan siangnya”, balas Mamah.
Dan aku pun mengangguk senang dengan rekomendasi Mamah, “Siiip Maaah… Mamah emang THE BEST!”.
“Haha.. Bisa aja kamu.. Ya udah mandi sana, jangan lupa dandan yang cantik yaa..”, jawab Mamah lagi.
“Oke..”, jawabku.
--------------------
Tak terasa membutuhkan waktu satu jam untuk mandi dan bersiap-siap. Entah mengapa hari ini aku terlalu bingung untuk memutuskan pakai baju apa, warna apa, lalu rambutku mau ditata sperti apa, minyak wangi yang mau dipakai yang mana, dan sebagainya.
(Oh my God! What happened with me???), bisikku di dalam hati. Setelah aku selesai bersiap-siap, aku pun langsung begegas menuju dapur.
“Waaah… Raka keburu dateng!!!”, aku pun langsung berlari ke arah Mamah yang sedari tadi sudah menungguku.
“Ahahaha.. Tenang sayang..”, Mamah pun mencoba menenangkanku sambil membantu mempersiapkan alat dan bahan.
“Duh’ Mah, keburu ng’ga yah’???”, aku pun mulai panik.
“Keburu.. Keburu.. Tenang donk’.. Masa udah cantik gini mukanya cemberut gitu.. Senyum donk’..”, Mamah pun mencoba menenangkanku sambil memegang pipiku.
“Tenang Mel.. Tenang..”, aku pun menepuk-nepuk dadaku. “Thanks ya Mah’..”, aku pun kembali tenang dan fokus untuk mulai membuat kue.
“Naaah… Gitu donk’… Ya udah kamu timbang dulu semua bahannya… Mamah mau ambil mangkuk dan spatula dulu…”, Mamah pun meninggalkanku sendiri di dapur.
“Oke Mah…”, balasku.
Akhirnya adonan Chocolate Brownies pun jadi. Kutuang adonan tersebut ke dalam loyang berukuran segi empat yang sudah disiapkan oleh Mamah. Mbak Mi yang sebelumnya sudah mempersiapkan oven, ikut membantuku memasukkan loyang adonan ke dalam oven. Beberapa saat kemudian…
“Neng Amel… Udah 20 menit nih’! Mau dicek dulu ng’ga???”, teriak Mbak Mi dari dalam dapur.
“Iya Mbaaak… Sebentar aku ke sana… Sebentar, sebentar…”, aku pun bergegas kembali ke dapur.
“Biasnya kalau Mamah mah ngeceknya dicolok pakai tusuk sate Neng’. Kalo udah ng’ga ada yang lengket, artinya kuenya udah mateng. Tinggal keluarin trus didinginin dulu di suhu ruang”, Mbak Mi pun mencoba menjelaskan bagaimana caranya mengecek tingkat kematangan kue padaku.
“Oh gitu yah’ Mba’? Ya udah tolong ambilin tusuk satenya Mbak..”, pintaku padanya.
“Nih’ Neng..”, Mbak Mi pun dengan sigap membantuku.
Lalu aku pun membuka pintu oven-nya dan coba menusuk kuenya. Alhamdulillah kuenya sudah matang dengan sempurna. Aku pun dengan hati-hati mengeluarkan kue itu dari oven, lalu menaruhnya di atas alas tahan panas yang sudah kusiapkan di meja makan.
“Hmmm~~~ Wangi apaan nih’?!”, Kak Odi pun segera menghampiriku saat mencium bau wangi kue buatanku.
“Kue buatan gue dooong…”, aku pun dengan sombongnya pamer pada Kak Odi.
“Oh.. Kue spesial buat Raka yah’??? Ecieee… Bagi dooonk’???”, tangannya pun dengan cepat berusaha mengambil sepotong kue yang kubawa.
“Hush!”, jawabku sambil menepuk tangan Kak Odi.
“Idiiih pelit! Gue ng’ga dibagi..”, celetuk Kak Odi.
“Eh… Odi… Amel… Ada apa ini hayo???”, Mamah pun menghampiri kami ke meja makan. “Waaah.. Kuenya udah jadi yah’? Wangi Mel’.. Cakep kuenya..”, puji Mamah padaku.
“Hehe.. Makasih ya Mah.. Makasih juga Mamah dari pagi tadi udah bantuin Amel..”, aku pun bersender ke bahu Mamah sambil masih memegang kue.
(Ting-Tong.. Ting-Tong.. Ting-Tong..), tiba-tiba terdengar suara bel rumah. Lalu Mbak Mi pun dengan segera pergi ke depan untuk membukakan pintu.
--------------------
"Assalamu'alaikum...", sahut orang di balik pintu.
"Wa'alaikumussalam, sebentar...", jawab Mba Mi.
"Sore Mba', apa betul ini rumahnya Amel?", tanya orang itu lagi.
Lalu Mba Mi pun sempat terdiam dan melihat sosok tamu itu dengan serius dari ujung kepala hingga ujung kaki, "Iya betul ini rumahnya Neng Amel. Mau ketemu Neng Amel?".
"Iya Mba', Amelnya ada kan?", tanyanya lagi.
"Ada.. Hmm, ma'af Mas siapa ya?", tanya Mbak Mi.
"Saya Raka Mba', temennya Amel..", jawab orang itu.
Mbak Mi pun mempersilakan Raka masuk. "Silakan masuk Mas', saya panggilin Neng Amelnya sebentar yaa..", sahut Mbak Mi sambil bergumam tentang Raka yang baru pertama kali ia lihat.
Raka pun masuk dan menunggu di kursi ruang tamu.
"Neng' Amel.. Neeeng.. Ada tamu Neng'..", teriak Mbak Mi.
"Iya Mbak.. Aku masih di sini..", jawabku.
Lalu Mbak Mi pun menghampiriku ke dapur, "Neng' udah dateng tuh’ tamunya, Mas Raka".
"Hah'???", aku pun kaget karna ini masih setengah jam lebih awal dari janji temu kami.
"Ya udah, ya udah Mbak, tolong beresin ini semua yah'..", lalu aku pun bergegas menghampiri Raka ke ruang tamu.
Melihatku muncul berjalan menghampirinya, Raka pun berdiri menyambutku sambil tersenyum melambaikan tangan, "Hai Mel'..".
Aku pun speechless hanya diam sampai-sampai tak bisa menjawab sapaannya.
"Sorry yah' gue kecepetan dateng. Tadi sengaja berangkat lebih awal, karena baru pertama kali ke rumah Amel jadi takut telat..", dia pun menjelaskannya dengan rinci padaku.
"Hah'??? Gimana, gimana Ka'?", aku pun hanya bengong dan seperti kehilangan fokus.
"Ahahaha.. Amel lucu. Kaget ya liat Raka dateng?", tanyanya sambil bercanda.
"Eh’ iya.. Eh’ ng’ga kok’..”, jawabku bingung.
--------------------
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya aku mulai fokus, ritme jantungku kembali normal, dan kami pun bisa melanjutkan mengobrol. Aku pun memberanikan diri membuka percakapan.
"Jauh ya Ka rumah gue?", tanyaku.
"Ah ng'ga juga, tadi Raka ke sini cuma 30 menitan..", jawabnya.
"Oh...", lagi-lagi hanya itu yang keluar dari mulutku.
"Hmm.. Rumahnya sepi amat Mel', lagi pada pergi yah'?", tanyanya padaku.
"Ah ng'ga.. Ada di rumah semua kok’. Hmm, cuma lagi pada di kamar masing-masing aja", jelasku padanya.
Tak berapa lama kujawab pertanyaan Raka tiba-tiba terdengar suara Mamah berteriak.
"Meeel, Ameeel.. Ini kuenya mau dipotongin apa dibiarin aja..?", sahut Mamah.