Cinta Sewindu

Amelia Rasyid
Chapter #18

Kenapa Aku Bilang Suka Duluan?

(Tuuuttt… Tuuuttt… Tuuuttt…), teleponku pun tersambung dengan telepon Raka.


“Halo..”, sapa Raka.

“Ha.. Ha.. Halo.. Raka ya?”, tanyaku.

“Iya betul, ma’af ini dengan siapa ya?”, tanyanya.

“Ini Amel Ka..”, jawabnya singkat.

“Amel???”, dia pun bertanya dengan bingung.

“Iya Ka… Ini Amel, temen loe di tempat les Bahasa Inggris..”, jawabku dengan tangan yang mulai gemetar.

“Oh.. Iya, iya. Ada apa Mel’? Tumben nelepon?”, tanyanya lagi.

“Amel tunggu di depan gerbang sekolah ya Ka’. Sekarang!”, aku pun menjawabnya dengan tegas.

“Gerbang sekolah???”, dia pun bertanya dengan kaget.

“Iya, gerbang sekolah. Amel ada di depan gerbang sekolah Raka..”, sambungku lagi.

“Waduh. Oke wait 5 menit yaa..”, balasnya.


Tak berapa lama kemudian kulihat Raka berjalan ke arah gerbang sekolah. Saat sosoknya mulai mendekat, jantungku semakin berdetak kencang, tanganku rasanya sudah seperti es batu, pikiranku benar-benar kosong. Tak ada senyuman sama sekali di wajahku, yang aku bisa lakukan hanya melambaikan tanganku kepada Raka dengan raut wajah datar.


Tapi seperti biasa dengan senyumannya yang selalu melelehkan hatiku, Raka pun menyapaku duluan. “Hai Mel’.. Gue kaget loh’, ternyata loe beneran ke sini. Yuk’ masuk, kita ngobrolnya di kantin dalem..”.


Sambil melirik warung yang tidak jauh dari gerbang, tempat Diva dan Lana bersembunyi, aku pun mencoba menguatkan diri untuk mulai berbicara.


“Hai Ka.. Sorry ya ganggu.. Ng’ga usah ke dalem Ka, di sini aja..”, jawabku.

“Hmm.. Di mana yah’ tempat yang enak?”, lalu dia pun mulai mencari tempat yang enak untuk kami mengobrol. “Eh’, ada tuh! Kita duduk di bangku situ aja yuk’?!”, ajaknya.


Lalu aku pun mengikuti langkah kaki Raka, dan berjalan menuju bangku yang ditunjuknya tadi. Sesampainya di bangku itu, kami pun langsung memulai pembicaraan…


“Ada apa nih Mel’? Kayanya penting banget sampai-sampai Amel langsung nyamperin Raka ke sini? Langsung dari sekolahan yah’?, keliatan masih pake seragam juga. Hehe..”, tak seperti biasanya Raka malah yang lebih banyak berbicara.

“Hmm.. Amel beneran ng’ga ganggu kan Ka’?”, aku pun hanya bisa bertanya seadanya.

“Ng’ga kok’ nyantai aja. Lagi ng’ga ada kegiatan apa-apa juga hari ini. Ada apa Mel’?”, tanyanya.

“Hmm.. Sorry ya Ka, kemarin pas les Amel pergi duluan ng’ga pamit seperti biasanya..”, aku pun meminta ma’af atas kejadian tak mengenakkan di tempat es kemarin.

“Hah’? Ahahaha… Nyantai aja kali Mel’, masa sama temen aja baper banget..”, lalu ia pun menimpali penjelasanku dengan sebutan "teman".

“Kalo bukan sama temen, gimana Ka’?”, tanyaku dengan nada serius.

“Hah’, maksudnya???”, dia pun balik bertanya dengan raut wajah yang bingung.

Melihat raut wajah Raka yang bingung, aku pun buru-buru mencari pertanyaan lain untuk mengalihkan perhatian, “Udah siap-siap untuk Student Exchange-nya?”.

“Oh.. Ehehe.. Udah.. Tinggal biasalah, ini anak-anak minta farewell party. Apaan coba, kaya gue ng’ga pernah balik lagi aja.. Ahahaha…”, dia pun membalasku dengan mulai bercanda.

“Berapa lama Ka’?”, tanyaku.

“Hmm, gue ambil program yang setahun aja kok’..”, jawabnya.

“Habis itu balik ke Indo lagi?”, tanyaku lagi.

“Ya iya lah.. Kenapa emang Mel’?”, dia pun kembali memasang raut wajah yang bingung.

Lihat selengkapnya