Cinta Sewindu

Amelia Rasyid
Chapter #23

Biru vs. Kak Dhira

Tak terasa acara Pekan Budaya tinggal 2 minggu lagi. Kami di sekolah mulai sibuk mempersiapkan semua, mulai dari membentuk panitia kecil di kelas, membuat lay-out ruangan, membuat pernak-pernik untuk dekorasi, dan masih banyak lagi. Hampir setiap hari sepulang sekolah kami selalu mengadakan rapat koordinasi.

Hari ini lagi-lagi rapat koordinasi kami selesai menjelang sore hari. ((Gawaaattt!!! Gue bisa telaaattt!!!)), teriakku dalam hati. Sesampainya di tempat les Bahasa Inggris, aku pun berlari sekencang-kencangnya dari depan gerbang menuju ruang kelas. ((Hhh... Hhh... Hhh...)), sesampainya di depan pintu kelas pun aku tak bisa buru-buru masuk dan bersandar dulu ke tembok sambil menghela napas.


"Tumben loe telat???", tiba-tiba terdengar suara dari belakang.

"Eh.. Biru.. Hh.. Hh.. Hh.. Loe juga???", jawabku sambil masih terengah-engah.

"Hah', telat??? Ya ng'ga lah, mana mungkin. Gue habis dari toilet..", lalu ia pun meneruskan langkahnya masuk ke dalam kelas.

Aku pun tak menggubrisnya lagi, aku buka tasku dan mengambil botol minumku.

"Kalo masih capek, duduk aja dulu di bangku depan lorong ini.. Nanti gue bilang Miss Sasha..", sahutnya tiba-tiba berubah perhatian.

"Hah'?" ((Tumben nih' anak..)), bisikku dalam hati. "Ng'ga apa-apa kok', bentar gue minum dulu habis itu langsung masuk. Thanks yaa..", balasku.

Aku pun langsung masuk ke dalam kelas setelahnya, "Sorry Miss Sasha I'm late..".

"Oh hai Amel.. Please come in, it's okay..", jawab Miss Sasha sambil tetap tersenyum.


Hari ini tidak ada hal spesial di kelas Bahasa Inggris kami, kelas pun berjalan seperti biasanya. ((Kriiinnnggg... Kriiinnggg... Kriiinnnggg...)), tak terasa 2 jam telah berlalu dan bel tanda pulang pun terdengar.

"Oukay Class, that's it for today.. Don't forget your homework for next week ya!", Miss Sasha pun menutup kelas kami hari itu.

"Yes Miss, thank you..", jawab kami serentak.


Segera setelah Miss Sasha keluar kelas, aku pun dengan segera membereskan buku Bahasa Inggris, buku catatan dan alat tulisku ke dalam tas.

"Mel' di sekolah loe jadi ada Pekan Budaya?", Karin pun tiba-tiba bertanya.

"Loh' loe kok tau?", tanyaku.

"Kemarin pengumumannya ada di mading (majalah dinding) sekolah gue.. Itu beneran dibuka free untuk semua sekolah???", tanyanya lagi.

"Iiihhh... Kok' di sekolah gue belom ada yah'???", celetuk Maggie.

Baru mau kujawab, tiba-tiba pandanganku beralih kepada Biru yang dengan cueknya pergi meninggalkan kelas.

"Eh Ru' loe mau ke mana? Buru-buru amat..", Mimo pun memanggilnya.

"Gue duluan yah'..", lalu ia pun melambaikan tangan sambil membelakangi kami.

"Emang kalian semua pada mau dateng?", tanyaku.

"Ya iya lah, kapan lagi ada acara yang dibuka untuk semua sekolah kaya gitu. Apalagi kita bisa seru-seruan bareng!", sahut Karin.

"Iiihhh... I envy you deh' Rin... Ameeellll sekolah gue juga donk'...", rengek Meggie padaku dan aku pun hanya membalasnya dengan tersenyum.


                                    --------------------


Aku pun berjalan ke tempat parkiran biasa sambil mencari Pak Triman. ((Loh' kok ng'ga ada yah.. Biasanya udah stand by..)), bisikku dalam hati.


"Nyariin sopir loe yah'?", tiba-tiba aku mendengar suara Biru.

"Eh loe Ru', gue kira loe udah duluan pulang..", balasku.

"Mau bareng?", tanyanya.

"Hah'? Bareng???", jawabku dengan kaget.

"Iya, nanti gue anterin loe pake motor..", jawabnya lagi.

"Motor??? Emang loe udah bawa motor?", tanyaku.

"Udah..", jawabnya singkat.

"Bentar yah' gue coba telepon Pak Triman dulu..", jawabku.


((Tuuuttt... Tuuuttt...))


"Assalamu'alaikum..", Pak Triman pun menyapaku duluan.

"Wa'alaikumussalam, Pak Triman. Amel nih'.. Pak Triman parkir di mana?", tanyaku padanya.

"Hah'??? Pak Triman di rumah Neng'..", aku pun kaget mendengar jawaban Pak Triman.

"Loh' kok di rumah??? Yang anter aku pulang siapa?", tanyaku memastikan.

"Loh' kata Mas Odi Neng Amel sudah ada yang jemput, jadi Pak Triman disuruh pulang..", balasnya lagi.

"Ada yang jemput??? Siapa???", aku pun mulai panik.


Sambil sedikit kesal mendengar perkataan Pak Triman, tiba-tiba ada seseorang naik motor yang berhenti di depanku. Tanpa membuka helm full face warna hitamnya, orang itu pun melambaikan tangan padaku.

Sambil bingung aku pun bertanya, "Sorry siapa ya?".

Tanpa menjawab pertanyaanku, orang itu malah menyodorkan helm lain dan menyuruhku menaiki kursi belakang motornya.

"Eh wait, loe siapa?!", Biru pun menepis tangan orang itu yang menawarkan helmnya.

Orang itu pun akhirnya turun dari motor dan membuka helmnya. Betapa kagetnya aku, ternyata orang dibalik helm itu adalah.....

"Loh' kok???", aku pun terkejut melihatnya.

"Hai Ameeelll... Sombong luh ng'ga mau gue boncengin!", jawab Kak Dhira.

"Kak Dhira ngapain di sini???", tanyaku kaget.

"Jemput loe lah.. Hehe..", jawabnya santai.

"Jemput???", aku pun masih bingung.

Bukannya menjawabku, dia malah memalingkan wajahnya ke arah Biru. "Eh iya, loe Biru kan? Apa kabar?", dia pun mengulurkan tangannya pada Biru untuk berjabat tangan.

Biru pun membalas jabatan tangan Kak Dhira, tapi terlihat raut wajahnya yang agak sedikit kesal. "Hai Kak.. Apa kabar?", tanya Biru singkat.

"Gue? Baek donk'.. Makanya jemput Amel. Ayok Mel' pulang..", Kak Dhira pun langsung menarik tanganku dan mengajakku mendekati motornya.

Sebelum menaiki motor Kak Dhira, aku pun berpamitan pada Biru. "Ru' sorry gue duluan yaa..", sahutku.

Lalu ia pun hanya membalasku dengan tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya.

"Yuk' Ru, kita duluan yah'!", celetuk Kak Dhira.

"Iya Kak..", jawab Biru.

Lihat selengkapnya