Pagi ini aku bangun kesiangan!
"Maaa... Mamaaa...", aku pun berteriak sambil mencari Mama.
"Iya Meeel'... Mama di dapuuur...", Mama pun menjawabku sambil ikut berteriak.
"Ma' aku ng'ga sarapan yah'?! Buru-buru nih', Amel udah telat! Amel nanti beli makanan aja di kantin sekolah.. Dah Mamaaa...", setelah aku mencium tangan Mama aku pun langsung berlari ke garasi mobil.
"Ameeelll.. Tunggu ini bekel.....", terdengar sayup-sayup suara Mama yang memanggilku tapi aku tetap meneruskan langkahku menuju mobil.
"Sini Tante biar sama aku aja!", lalu dengan sigap tangan Kak Dhira pun mengambil bekal itu dan dia berusaha mengejarku sampai ke teras depan.
Aku pun tergesa-gesa memakai sepatuku. Tapi ketika aku menengadahkan kepalaku ke atas, tiba-tiba kulihat sosok Kak Dhira ada di depanku sambil membawa bekal dan helm di tangannya.
"Loh', loe mau ngapain Kak'?!", tanyaku kaget.
"Nganterin loe. Nih' pake helmnya!", jawabnya.
"Hah'??? Becanda kan loe?!", aku pun masih bingung.
"Kagak lah, ayok! Udah telat kan loe?!", dia pun menarik tanganku dan menggandengku berjalan ke arah motornya.
"Ini beneran apa becanda sih' Kak?!", sambil kembali masih bingung.
"Udah cepet naik, pake helmnya!", sambil menarik kedua tanganku ke pinggangnya.
Akhirnya yang mengantarkanku ke sekolah hari itu adalah Kak Dhira. Begitu cepat Kak Dhira mengendarai motor kesayangannya itu, hingga tak terasa aku sudah sampai di dekat gerbang sekolah. ((Ternyata enak juga pergi ke sekolah dengan motor, tidak macet, 15 menit sudah sampai)), bisikku dalam hati.
"Mel'.. Amel.. Oooiii! Loe ng'ga tidur kan?", Kak Dhira pun mengetuk-ngetuk helm full face-ku.
Lalu aku pun membuka helmnya, "Duuuhhh... Jadi berantakkan kan! Habis keramas lagi..".
"Duuuh... Masih cantik kok'...", dia pun menjawab ku dengan tersenyum dan mengelus-elus kepalaku.
Aku pun hanya terdiam kaku tidak bisa berkata apa-apa. Dalam suasana yang canggung itu, tiba-tiba saja aku mendengar ada suara orang berteriak memanggil namaku. Aku pun seketika kaget dengan suara panggilan itu, dan langsung memalingkan wajahku ke arah suara itu.
"Naaahhh, ketauan yah'...", Diva pun tiba-tiba sudah ada di belakangku.
"Eh Diva, apa kabar?", Kak Dhira pun menyapa Diva terlebih dahulu sambil mengajaknya berjabat tangan.
"Baik Kak... Kakak apa kabar? Kok' tumben nganterin Amel sekolah? Hehehe, ada apa nih'…?", tanyanya sambil menyenggol pundakku.
Lalu aku pun mencubit tangan Diva, "Hush! Apaan sih'?! Udah ah yuk' masuk, udah telat kan..".
Dan kulihat Kak Dhira hanya tersenyum malu dan tak menjawab pertanyaan Diva tadi.
"Amel nanti pulang jam berapa?", tanya Kak Dhira lagi.
"Hmm.. Kayanya agak sore Kak, soalnya mau ada rapat dulu untuk persiapan acara Jum'at besok..", jawabku.
"Ok, gue jemput yah'. Nanti SMS aja jam berapanya. Gue cabut yah', yuk Va duluan..", lalu Kak Dhira pun menutup helm full face-nya sambil melambaikan tangan pada kami berdua.
"Ciyeee... Ciyeee... Kok' loe kaya seneng banget sih' Mel.. Merah tuh muka loe..", canda Diva.
"Apa siiihhh... Udah ah, masuk yuk'..", jawabku.
"Eh beneran deh' gue kepo. Kok' loe tumben dianter Kak Dhira, emang dia ng'ga sekolah?", Diva pun masih bertanya penasaran.
Lalu dengan raut wajah yang agak bingung aku pun bertanya balik kepada Diva, "Hmm.. Emang gue belum cerita yah'?".
"Hah'? Cerita apaan???", Diva pun seketika menghentikan langkahnya dan sorotan matanya yang tajam seperti menusuk mataku.
"Kak Dhira kan udah ng'ga tinggal di sini. Dia sekarang tinggal di Semarang...", jawabku.
"Hah'??? Sumpah loe?! Iiihhh loe belom cerita tau..", raut wajah Diva pun berubah pura-pura memelas dan mulai menggandeng tanganku.
"Oops sorry.. Kelupaan..", balasku singkat.
"Trus dia pagi-pagi nganter loe ke sekolah, kok' bisa???", tanyanya lagi.
"Bisa lah.. Dia kan lagi izin seminggu dari sekolahnya..", jawabku.
Lalu Diva pun hanya terdiam dan makin bingung.
"Seminggu ini dia izin balik ke Jakarta untuk ngurusin dokumen di sekolah lama, sekalian ngurusin beberapa dokumen pernikahan.....", sebelum berbicara yang aneh-aneh aku pun mencoba menjelaskan duduk perkaranya terlebih dahulu.
"What?! Loe berdua serumah???", Diva pun memegang tanganku dengan kencang sambil kembali melotot.
"Hush'! Denger dulu makanya.. Suka motong-motong aja..", sanggahku.
"Oke2.. Keep silence.. Trus, trus, trus???", tanyanya lagi.
"Jadi dokumen pernikahan yang gue maksud adalah dokumen pernikahan Mas Rian, Kakaknya Kak Dhira..", jawabku.
"Oalah.. Kirain buat adeknya.. Hehehe...", sindirnya padaku.
"Idiiihhh... Gue cubit lagi nih'...", jawabku sedikit kesal.
"Hehehe... Ampuuun.. Ampuuun.. Ya udah yuk' ah masuk!", dan akhirnya Diva pun berhenti bertanya sesampainya kami di depan pintu gerbang sekolah.
--------------------
Seperti biasa hari ini panitia kecil di kelasku mengadakan rapat koordinasi untuk persiapan Acara Pekan Budaya.
"Oke temen-temen, jadi udah paham semua yah' tugas masing-masing di hari Jum'at nanti? Masih ada pertanyaan ng'ga?", tanya Aji (teman sekelasku) yang ditunjuk menjadi ketua.
"Ji' buat anak sekolah lain beneran free nih'?!", tanyaku.
"Jangankan buat anak dari sekolah lain Mel', tamu dari luar pun boleh masuk asal rekomendasi dari murid di sekolah kita..", jawabnya.
"Wow, keren bener!", celetukku.
"Oke kalo udah ng'ga ada pertanyaan lagi, kita bungkus ya hasil rapat hari ini.. Thanks semua..", Aji pun menutup rapat kami dihari itu.
((Dddrrrrddd... Dddrrrrddd...)), tiba-tiba HP-ku pun bergetar dan ternyata ada pesan masuk dari Kak Dhira.
"Mel' gue udah nunggu di depan gerbang yah'?!", tulis Kak Dhira dalam pesan itu.
"Oke Kak'.. Tunggu yaa, aku beres-beres dulu..", balasku.
"Ji', Guys, sorry gue buru-buru, gue duluan. Bye…", aku pun buru-buru melangkahkan kakiku keluar kelas.