Sejenak mari kita tinggalkan Biru, Raka, Kak Dhira, dan segala kebingungan yang ditimbulkan oleh cinta. Kembali ke realita kehidupan nyata, kembali pada aku Si Siswi SMP yang sebentar lagi akan menghadapi UAN.
"Meeelll...", suara teriakkan Diva yang memecah lamunanku di lorong kelas lantai 3.
"Apa Va'?", langkahku pun terhenti sambil membalikkan badan ke arahnya.
"Mel' gawaaattt...!!! Hhh... Hhh... Gawat!!!", sahut Diva sambil sesekali menghela napas.
"Gawat kenapa???", tanyaku ikut kaget.
"Gawat banget! Gimana dooonnnkkk...???", sambungnya malah balik bertanya padaku.
"Apaan sih'?! Gawat kenapa???", jawabku bingung dan kemudian ikut-ikutan panik.
"Gue lupaaakkk!", teriaknya lagi.
"Lupa apaan?!", tanyaku.
"Gue lupa sore ini kita ada Try Out (TO) di bimbel kan???", jawabnya kembali bertanya lagi.
"Ya ampuuunnn... Bikin copot jantung ajah!", sahutku dengan raut wajah yang kembali lega.
"Iiihhh... Loe pasti udah belajar yah'??? Pasti udah yah'???", tanyanya sambil 'gelendotan' di bahuku.
"Hmm... Kasih tau ng'ga yah'...", jawabku santai sambil berlalu pergi dan tersenyum jahil meninggalkannya.
"Aaahhh... Ameeelll... Loe duduk sebelah gue yah' ntar... Pliiisss...", Diva pun mengejarku sambil kembali 'gelendotan' di bahuku dan mengikutiku sampai ke ruang kelasku.
“Hmm… Ng’ga mau ah, pasti loe mau nyontek gue lagi kan?!”, tanyaku.
“Ameeelll… Pliiisss... Pliiisss...”, rayunya lagi.
“Makanya jangan kebanyakan latian basket ah, sempetin donk’ baca buku pelajaran juga…”, jawabku sambil pura-pura kesal.
“Yah’ Mel… Kan bentar lagi pertandingan penutupan, sebelom kita jadi anak SMA… Hehehe...”, balasnya santai.
Aku pun tak menggubris Diva, dan cepat-cepat masuk ke ruang kelas karena sebentar lagi bel masuk kelas akan berbunyi.
“Ameeeeelllll….. Pliiisss!!!", Diva pun berteriak dengan kencang.
Aku pun tak membalikkan badan dan hanya melambaikan tangan sambil berucap, “Ya gampang liat nanti aja…”.
“Kenapa Si Diva pagi-pagi udah teriak Mel’?”, tiba-tiba ada orang di belakangku yang berbicara.
“Eh’ loe Ji. Tumben baru dateng? Biasanya loe pagi?”, jawabku balik bertanya pada Aji.
“Iya tadi pagi sehabis Solat Subuh gue lanjut baca-baca bentar, eh ketiduran. Hahaha…”, balasnya lagi.
“Wah… Kayanya udah ada yang siap TO nih’…”, tanyaku.
“Ah’ kaya loe ng’ga aja…”, balasnya sambil menyindirku.
“Hahaha… Tapi kan otak gue ng’ga se-encer Juara Sekolah…”, balasku sambil kembali menyindirnya.
“Hahaha, dasar…”, balas Aji sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
((Kriiinnnggg... Kriiinnnggg... Kriiinnnggg)), tak berapa lama bel masuk sekolah pun berbunyi.
--------------------
Akhirnya aku pun selesai mengerjakan soal-soal TO dan keluar ruangan terlebih dahulu. Kulihat Diva dan Lana yang masih serius mengerjakan. Aku pun menunggu mereka di tempat duduk, dekat dengan ruang resepsionis.
“Loe udah selesai juga Mel’?”, tanya Kevin sambil menghampiriku.
“Eh’ loe Kev.. Iya udah. Loe gimana, bisa?”, jawabku balik bertanya.
“Hmm… Yah... So, so lah…”, jawabnya kurang bersemangat.
“Hmm…”, gumamku sambil lanjut membuka-buka kembali buku bimbel.
“Eh iya, sorry gue lupa tadi bilang ke loe…”, celetuk Kevin lagi.
“Apa?”, tanyaku.
“Loe tau kan Biru mau ke sini?”, balasnya balik bertanya.
“Hah’?! Seriusan loe???”, jawabku kaget. Dan aku langsung menutup buku bimbel-ku, membalikkan badanku tepat ke arah muka Kevin, dan menatapnya dengan tajam.
“Whoa, whoa, whoa… Sabar... Sabar… Emang dia belom bilang?”, balasnya sambil mncoba menenangkanku.
“Belooommm… Dia ng’ga bilang apa-apaaa…”, jawabku panik.
“Ahahaha… Jangan-jangan maksud Si Biru surprised lagi… Oops!”, sahutnya.
“Hah’??? Gimana, gimana???”, tanyaku semakin panik dan bingung.
“Atau jangan-jangan dia mau dateng ke tempat les sambil bawain bunga mawar lagi!”, sahut Kevin sambil menyindirku.
“Bunga mawar???”, balasku dengan agak berteriak padanya.
“Hayooo… Emang ada berapa cowok yang pernah ngasih bunga mawar sama loe di Mall? Cuma Biru kan???”, tanyanya jahil.
“Hah’??? Keviiinnn!!! Kok’ loe tau ceritanya sih’?!”, tanyaku sambil refleks memukul pundaknya.
“Aduh.. Duh.. Gile, tenaga loe kuat juga yah’.. Ahahaha…”, sahut Kevin sambil mengelus-elus pundaknya.
“Ayo cerita! Daripada nanti lanjut gue cubit!”, jawabku mulai kesal.
“Ya iya lah tau… Apa sih’ yang gue ng’ga tau dari Biru. Kita kan sahabatan udah lama. Hmm… Dari SD, Cuma gue lupa lagi sih’ tepatnya kelas berapa mulai deket…”, jawabnya lagi.
“What?! Jangan bilang semua yang dia lakuin selama ini ke gue loe tau juga???”, tanyaku sambil semakin mendekatkan wajahku padanya.
“Whoa, whoa, whoa… Santai… Santai...”, balasnya sambil mencoba menjaga jarak denganku.
“Ya gimana mau santai…”, balasku masih panik.
“Hmm… Mungkin ng’ga semua juga sih’, but pretty much I know…”, jawabnya santai.