Cinta Sewindu

Amelia Rasyid
Chapter #38

Diva dan Lana yang Selalu Ada Untukku

Suatu pagi di sekolah...


"Ameeelll... Ameeelll...", Lana berlari ke arahku dan seperti biasa dengan semangat berteriak di sepanjang lorong kelas dengan suara super cemprengnya.

"Pa an sih' Lan... Lebay!", sindir Diva yang sedari tadi sudah mengobrol denganku di depan ruang kelasku. 

"Iiihhh... Apaan sih' Diva... Bodo amat, weeek", balas Lana sambil langsung memelukku.

"Eeehhh... Udah, udah... Berantem mulu...", sahutku pada Diva dan Lana.

"Eh iya, pulang sekolah kita nongkrong dulu yuk'?!", ajak Diva. 

"Ke mana?", tanyaku. 

"Biasalah... Makan es krim aja...", jawab Diva.

"Ayuuukkk!!!", jawab Lana dengan penuh semangat. 

"Gimana Mel'?", tanya Diva lagi.

"Hmm... Ayolah, udah ng'ga ada les-lesan lagi kok' gue...", jawabku.

"Naaahhh... Cakep...", balas Diva.

"Hmm, kebetulan mau ada yang gue ceritain juga ke kalian...", sambungku lagi.

"Hah'??? Apaan???", tanya Diva penasaran. 

"Ya nanti aja sih'... Kan ntar kita juga ngobrol lagi...", jawabku.

"Ya ada preview-nya dikit juga ga pa pa kan Mel'... Iya ng'ga Lan'???", sindir Diva padaku.

"Iya bener... Apaan sih' Mel...? Gue juga jadi penasaran...", sambung Lana.

"Ah... Udah ah... Nanti aja... Yuk' kita ke kantin dulu aja... Gue laper nih tadi belum sempat sarapan", ajakku pada Diva dan Lana.


Akhirnya pagi itu Diva dan Lana menemaniku sarapan di kantin sekolah.


--------------------


((Kriiinnnggg... Kriiinnnggg... Kriiinnnggg...)), suara bel tanda pulan sekolah pun berbunyi. Tak berapa lama setelah guru pengajar terakhir di kelasku pergi, aku pun segera membereskan barang-barangku ke dalam tas. Setelah selesai, aku pun bergegas keluar dan pergi menuju kelas Diva dan Lana.


"Yuk' Va jalan?", ajakku.

"Bentar, bentar... Nih Si Lana masih dandan... Ckckck...", sindir Diva pada Lana.

"Hah'? Ngapain???", tanyaku bingung.

"Biasalah kecentilan...", sambung Diva lagi.

"Lan' gue sama Diva duluan ke depan gerbang sekolah ya? Siapa tau Pak Triman juga udah stand by di deket situ", sahutku pada Lana yang masih asyik dandan.

"Oke", jawabnya cepat.

Tak berapa lama menunggu, akhirnya Lana pun sampai di depan gerbang sekolah. "Haaaiii... Sorry yaa... Hehehe...", sahutnya pada aku dan Diva.

"Duh' Princess, ngapain sih' loe?! Emang mau ke mana kitaaahhh???", jawab Diva kesal. 

"Heeehhh... Udah, udah... Pak Triman udah nungguin tuh'... Yuk'!", sahutku.

"Berangkaaattt!!!", jawab Lana yang tak menggubris sindiran Diva. 

 

Hanya butuh waktu tak sampai 15 menit dengan menggunakan mobil, kami pun sampai di tempat makan es krim favorit kami yang ada di dekat sekolah. Tempat nongkrong sederhana, tapi penuh dengan kenangan curhatku, Diva dan Lana.

 

"Loe berdua duduk aja, gue yang pesenin. Kaya biasa kan?", sahut Diva. 

"Ok, thanks Va...", jawabku. 

"Diva emang the best deh', muach!", sahut Lana yang tiba-tiba berbaikan dengan Diva.

 

Aku dan Lana pun seperti biasa memilih tempat duduk berjejer yang menempel kaca, sehingga kami bisa duduk santai sambil melihat pemandangan jalan. 


"Hhh...", desah Lana sambil duduk. 

"Loh' kok jadi lemes Lan'?", tanyaku. 

"Pasti bakal kangen banget yah'...", celetuknya.

"Hehe...", jawabku singkat. 

"Di sekolah baru kita nanti bakal ada tempat kaya gini juga g yah'...?", tanyanya padaku.

"InsyaAllah ada... Hmm, siapa tau malah lebih bagus...", jawabku mencoba menyemangati Lana.

"Woi, pada ngomongin apaan?!", suara Diva pun memecah suasana sendu percakapanku dan Lana. 

"Biasalah Si Lana... Mellow...", jawabku.

"Ya elah Lan... Lan... Orang kita bakalan satu SMA, ngapain loe sedih-sedihan...", sahut Diva pada Lana.

"Amiin Amiin Ya Rabbal Alaamiin...", sambungku.

"Eh iya juga ya! Amiin, InsyaAllah satu SMA bareng lagi! Ya udah oke, semangaaatt!!!", sahut Lana yang kembali ceria.

((Pesanan atas nama Diva..!)), terdengar suara dari arah meja kasir. 

"Eh bentar yah', gue ambilin dulu...", sahut Diva.

"Thanks banget ya Va...", jawabku dan Lana. 

Lihat selengkapnya