Cinta Sewindu

Amelia Rasyid
Chapter #40

Kak Dhira, Take Care Yaa..

Akhirnya hari perpisahan dengan Kak Dhira pun tiba. Sedari pagi tadi semua ikut heboh mempersiapkan keberangkatan Kak Dhira untuk pergi ke Amerika meneruskan studinya.


"Raaa... Raaa... Ayo, udah siap belom???", Kak Odi pun mengetuk-ngetuk kamar tidur khusus tamu yang dipakai oleh Kak Dhira. 

"Udah Di... Bentar yaa...", taeriak Kak Dhira dari dalam kamar.

"Ya udah gue tunggu di teras yaa...", sahut Kak Odi lagi.

"Okey...", jawab Kak Dhira.

"Ma, Pa, Odi sama Dhira jalan duluan yaa...", sahut Kak Odi pada Papa dan Mama.

"Oke. Nanti kita langsung ketemu di bandara ya Di...", jawab Mama. 

"Eh iya, lupa. Meeelll... Ameeelll... Gue sama Dhira berangkat duluan yaa...", teriak Kak Odi. 

"Eh bentar, bentar, Kaaakkk!!! Kak' Dhiraaa...", teriakku sambil mengejar mereka hingga ke teras depan. 

"Kenapa Mel'?", Kak Dhira pun membalikkan badannya. Dan dengan kekuatan secepat kilat, aku pun memasangkan topi hitam yang kemarin kubeli untuknya. 

"Hadiah, hehe...", celetukku.

"Hah'?", jawabnya bingung sambil menengadah ke atas melihat topi pemberianku.

"Suka ng'ga?", tanyaku.

"Banget! Thanks yaa...", jawabnya sambil tersenyum dan mengelus-elus kepalaku. 

"Woi! Buruan ngapa?! Pacaran mulu! Telat nih'...", sindir Kak Odi pada kami berdua.

"Eh iya, iya...", teriak Kak Dhira pada Kak Odi. "Hmm, gue berangkat duluan yaa, sampai ketemu di bandara...", sahut Kak Dhira yang berpamitan padaku.

 

Akhirnya Kak Dhira dan Kak Odi pun pergi. Sebelum ke bandara, Kak Dhira dan Kak Odi akan bertemu dengan teman-teman SMA semasa dulu di Jakarta. 


 --------------------

 

Waktu telah menunjukkan pukul 16.30 WIB. Akhirnya aku, Mama dan Papa diantar Pak Triman pergi ke bandara menyusul Kak Dhira dan Kak Odi. Sambil memegang bungkusan biru titipan Kak Dhira, di sepanjang perjalanan aku hanya bisa duduk terdiam sambil memandangi jalanan. Tak terasa kami pun sudah tiba di drop-off Bandara Soekarno-Hatta.

 

"Mel' sini duduk deket gue...", ajak Kak Dhira. 

"Cieee... Cieee...", sindir Kak Odi. 

"Odiii... Mulai deh'...", sahut Mama.

"Hehe, sorry, sorry... Habis merinding sih' Mah deket-deket orang pacaran...", sambung Kak Odi lagi.

"Pa an sih' loe Di'...", sanggah Kak Dhira. "Jangan dengerin becandaannya Odi ya Om, Tante...", sahut Kak Dhira pada Mama dan Papa.

Mama dan Papa pun hanya membalasnya sambil tersenyum. 

"Eh iya, barang-barang loe udah beres semua Ra'?", tanya Kak Odi.

"Udah... Tenang aja... Gue cuma tinggal bawa ransel ini aja kok' ke cabin...", jawab Kak Dhira.

"Nanti selama di pesawat, kamu usahakan tidur yah' Ra... Istirahat...", Sahut Mama.

"Sip Tante...", jawab Kak Dhira.

"Kamu sudah kabari keluarga di Semarang Ra'?", tanya Papa.

"Alhamdulillah sudah Om... Oh iya, salam dari Mamah sama Papah...", sahut Kak Dhira.


Akhirnya, kami pun tiba di depan pintu gerbang keberangkatan internasional. Belum juga mengucapkan apa-apa, tiba-tiba wajahku mulai memanas dan seperti mataku akan banjir dengan linangan air mata. 

 

Sambil kugosok-gosok mataku, aku pun memegang jaket Kak Dhira sambil memberanikan diri untuk mengucapkan salam perpisahan. "Kak'.....", gumamku padanya.

"Ya Mel'...", Kak Dhira pun membalikkan badannya ke arahku. 

"Hmmm... Hati-hati yaa... Jangan lupa kasih kabar...", aku pun bicara sambil menunduk. 

"Hehehe... Siap... Udah ah, jangan sedih yaa...", jawab Kak Dhira sambil memegang pipiku.

Lihat selengkapnya