Hari ini, adalah hari kedua untuk Nesa dan Hafiz menghabiskan waktunya berdua. Rencananya mereka akan pergi ke warung bakso Mang Ujang, warung langganan mereka dulu semasa SMP.
Mereka memilih untuk berjalan kaki, karena letaknya memang tak jauh dari rumah keduanya. Mang Ujang biasanya mangkal di jalan dekat danau.
Sesampainya di warung bakso Mang Ujang.
“Biar aku yang pesen, kamu duduk aja di sana,” titah Hafiz pada Nesa yang langsung diangguki oleh Nesa.
“Mang, baksonya dua ya? Sama es tehnya sekalian,” kata Hafiz pada Mang Ujang yang juga tengah meracik bumbu baksonya.
Mang Ujang menoleh. “Mas Hafiz to? Iya nanti tak anterin, Mas. Mas ke sini sama siapa?”
“Sama temen, Mang.” kata Hafiz seraya menunjuk ke arah Nesa yang tengah bermain ponsel.
“Temen apa pacar, Mas? Kok tumben bawa temen cewek. Biasanya sama Mas Arsen kalau ke sini,” sahut Mang Ujang seraya tertawa kecil.
Hafiz terkekeh. “Temen, Mang. Kebetulan dia baru pulang dari pondok. Jadi tak ajak ke sini. Dulu kita juga langganan kok Mang ke sini.”
Mang Ujang menatap ke arah Nesa sekilas. “Mbak Nesa to iku?” tanya Mang Ujang dengan logat jawanya. Karena kebetulan Mang Ujang Asli orang Semarang yang merantau ke Jakarta.
Hafiz mengangguk. “Ya udah, Mang. Aku ke sana dulu,” kata Hafiz yang langsung diangguki oleh Mang Ujang.
Sementara Nesa masih sibuk berselancar di sosial media miliknya, tanpa tahu bahwa Hafiz sudah duduk di depannya. Hafiz dengan sengaja berdeham keras agar Nesa menyadari keberadaannya. Namun, suaranya seolah alunan musik yang indah dan hanya pas untuk di dengar. Gadis itu masih saja tak memedulikannya. Setengah kesal Hafiz merampas ponsel Nesa. Yang membuat Nesa sontak membulatkan matanya ke arah Hafiz. Terlihat sekali kekesalan gadis itu, tapi Hafiz memilih untuk tak menggubrisnya.
“Fiz, balikin, ih.” Hafiz menggeleng dan dengan seenaknya ia mengeluarkan akun Instagram Nesa yang terakhir kali gadis itu jelajahi dan menggantinya dengan akun Instagram miliknya.
“Nes!”