Dua Pertemuan
Damar turun dari motor. Ia membuka pintu. Mengucapkan salam dan langsung menuju dapur. Nenek Siti dan ibunya sedang memasak.
“Ibu ngapain?” Damar meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangannya.
“Udah gak perlu tanya-tanya. Sana pergi ke kamar saja.” Ayu mendorong Damar.
“Aku mau tempenya, Bu.” Damar merengek.
“Manja... udah besar. Sudah sana, ke kamar saja”
Damar pergi ke kamarnya sambil memainkan hp. Ia membuka pintu kamarnya, lalu duduk di atas ranjang.
Zahra tertegun melihat Damar tiba-tiba masuk ke kamar tanpa menyadari keberadaannya.
“Ehm.. Damar...” Zahra mencoba menyapa.
“Iya.” Damar masih fokus pada hpnya.
“Masih inget ke aku?”
“Lah, emang siapa?”
“Aku Zahra.”
“Oh... Zahra... Zahra... Zahra...” Damar mengangkat wajahnya dan mendapati Zahra berdiri satu meter di belakangnya di samping ranjang.
“Hai...”
Damar seketika menahan napas. “Dek Zahra?” Damar keluar dari kamar dan langsung pergi ke dapur. Nenek Siti dan Ayu tertawa bersamaan. Muka Damar memerah, Zahra menyusulnya dengan muka memerah juga.
Mereka berdua terlihat sangat canggung.
“Kamu ajak Zahra ke Bapak dulu.” Ayu membubarkan lamunan Damar
“Iya, Bu.”
***
Zahra mengikuti Damar menyusuri jalan setapak. Hari sudah mulai sore. Mereka menuju pemakaman. Zahra mulai paham ke mana tujuan mereka berdua. Sampai di sebuah batu nisan bertuliskan nama ‘Azhar’, Damar berhenti.