Setelah puas jalan-jalan dan belanja aku dan Riri memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai sore.
Aku dan Riri berjalan menuju parkir dengan membawa beberapa barang belanjaan. Hatiku sangat bahagia, aku sudah melupakan tentang perjodohan itu.
"Udah nggak sabar gue pakai tu gaun ketemuan ma Yuda." Ucapku sambil menyalakan mobil.
Aku membeli satu gaun berwarna hitam, gaun itu sederhana tapi terlihat mewah. Malam ini aku ingin tampil cantik di depan Yuda meski hanya makan malam biasa.
"Ya bagus banget Nin, cocok banget tu di kulit kamu." Puji Riri tersenyum menatapku.
"Enak lho Ri pacaran tu, udah cepetan deh cari pacar. Atau aku cariin, aku kenalin ma teman-teman aku atau teman-teman Yuda?" aku menatap penuh harap.
Riri tersenyum dan menggeleng, "Udah nggak usah repot-repot, gue malas pacaran ribet. Capek buang-buang waktu aja." Ucap Riri tersenyum tapi terlihat wajahnya lesu.
Selama aku mengenal Riri, Riri tak pernah dekat dengan pria manapun dan cukup cuek setiap ada pria yang mendekatinya.
"Sampai kapan?" tanyaku penasaran.
"Sampai aku sukses dan siap." Jawab Riri tersenyum.
"Ya udah kalau itu pilihan loe, gue hanya bisa doain semoga apa yang loe inginkan tercapai deh."
"Makasih."
Tak terasa sampailah kami di rumah Riri, aku mengantar Riri masuk ke dalam pagar rumah Riri.
"Makasih Nin, mau masuk dulu atau langsung balik?"
"Langsung balik aja Ri, capek banget soalnya. Nanti malam mau lanjut lagi kan."
"Oh ya udah, sampai nanti ya." Riri memelukku lalu turun dari mobil.
"Bye." Aku melambaikan tangan lalu melajukan mobilku meninggalkan rumah Riri.
Sepanjang jalan aku sangat bahagia, tak sabar ingin segera malam dan bertemu dengan kekasihku. Sudah satu minggu aku tak berjumpa dengannya. Dia pulang kampung menikmati liburan kuliah.
"Hmm, kangen banget aku." Ucapku sambil senyum-senyum sendiri.
Satu minggu rasanya sudah sangat lama. Biasanya kita sering menghabiskan waktu bersama sekedar jalan, makan dan nonton di bioskop.
Akhirnya sampailah aku di rumah, ketika memasuki pagar hatiku berubah menjadi gelisah. Berharap papa mama tak berada di rumah karena aku malas membahas tentang perjodohan.
Aku melihat mobil yang biasa papa pakai tidak terparkir aku berfikir papa masih di kantor. Hanya saja mobil mama masih ada di parkir, aku menjadi malas masuk ke rumah. Dengan rasa terpaksa aku berjalan masuk ke dalam rumah.
Aku melihat mama tengah duduk di ruang tamu sambil membaca majalah. Aku berjalan melewatinya seakan tidak melihat keberadaan mama.