"Ninda papa mau bicara!" ucapan papaku membuatku terkejut saat aku mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah dengan pelan. Aku mengira papaku sudah tidur karena jika tidak sedang lembur papa sering tidur lebih awal karena kecapean.
Aku terdiam lalu menghampiri papa dan duduk di depannya. Raut wajahku tampak masam aku menunduk mengotak-atik ponselku. Mamaku datang membawa segelas susu hangat untuk papa.
"Besok keluarga Indra mau datang nak, kamu nggak ada acara kan?" pertanyaan papa seketika membuatku bingung apakah aku harus mencari alasan agar tak bertemu dengan pria culun itu.
"Kok diam?" tanya papa kembali saat aku memilih diam walau sebenarnya dalam pikiranku tengah mencari jawaban yang tepat.
"Emm, itu Ninda masih libur pa." Aku memutuskan untuk jujur karena percuma menghindar aku akan tetap menghadapi situasi seperti itu. Menemui laki-laki culun sudah aku putuskan daripada terus menghindar.
"Wah bagus itu nak, besok kamu bisa jalan sama Indra jadi bisa saling mengenal satu sama lain. Iya kan ma?" tanya papa terlihat bahagia.
"Iya pa, tapi besok penampilannya jangan kayak gini sayang." Ucap mama tersenyum.
Aku menatap sebal ke arah mereka tapi lebih memilih diam. Terlihat bahagia di wajah mereka. Aku milihat mereka memiliki harapan besar tentang perjodohan ini. Aku sadar mereka begitu menyayangi aku. Tapi, kali ini aku tak setuju dengan keinginannya.
"Ya udah kamu tidur ini udah malam, papa juga sudah ngantuk!"
Aku sedikit lega mendengarnya, tanpa sepatah kata pun aku meninggalkan mereka menuju kamarku. Papa mama masih serius ngobrol entah membicarakan apa, mungkin membicarakan bagaimana menyambut calon menantu idamannya itu.
Aku menjatuhkan tubuhku di ranjang, tatapanku kosong ke langit-langit kamar. Hatiku terasa sesak aku sedih mengapa orang tuaku tidak mendengar pendapatku.
Aku sangat mencintai Yuda, aku hanya ingin menikah dengan Yuda. Itupun setelah kami selesai kuliah dan siap berumah tangga. Mengapa mama papa begitu ingin cepat aku menikah, apa mereka sudah capek mengurusku. Pikiran-pikiran negatif mengganggu isi otakku.
Karena kecapean aku terlelap tanpa mengganti pakaianku. Aku masih menggunakan gaun tanpa lengan yang panjangnya selutut. Aku terlelap hingga tak terasa mama masuk ke dalam kamarku. Menatapku tersenyum dan membelai lembut rambutku.
"Sayang, mama papa sangat menyayangimu nak. Indra laki-laki yang sangat baik yang bisa membimbingmu menjadi lebih baik. Mama papa kurang membekalimu tentang agama, sebagai orang tua kita takut kamu tersesat nak." Mama mencium keningku lembut, aku masih menikmati mimpiku.
"Mungkin jika kalian bersatu cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Kamu dan Indra tak saling mengenal, tapi mama papa yakin kalian akan saling mencintai dan melengkapi." Mama menatapku penuh kelembutan sambil membelai lembut rambutku, aku menggeliat merasakan sentuhan. Namun aku tetap terjaga dalam tidurku.
Mama menyelimuti tubuhku lalu ke luar dari kamarku. Aku sudah berada dialam mimpi dan tidak merasakan apa-apa.
Di tempat berbeda saat aku dilema oleh perjodohan yang sangat membuatku tersiksa. Yuda justru menghabiskan waktunya bersama wanita lain.
"Sayang, besok shoping yuk!"ucap Maya manja sambil tangannya mengelus pipi Yuda dengan lembut.
"Iya kamu mau apa, besok aku beliin semuanya." Yuda mencium tangan Maya lembut, Maya merebahkan kepalanya manja di dada Yuda.
"Emmm, tas?" sorot mata Maya manja yang membuat Yuda semakin tergila-gila.