Pagi ini Indra dan kedua orang tuanya akan datang ke rumah. Aku melihat mama sangat sibuk mempersiapkan hidangan. Mama ikut membantu bi Lala di dapur menyiapkan hidangan untuk tamu spesial mereka.
Aku tampak sangat gelisah mondar mandir di kamar. Aku sudah mandi, tapi aku belum juga bersiap. Rasanya aku ingin kabur, tapi aku tak tega mempermalukan kedua orang tuaku di depan tamunya. Sungguh dilema dan sangat menyiksa.
Kuraih ponselku yang tergeletak di ranjang. Aku memencet nomor Riri sahabatku dan menghubunginya. Dari tiga bersahabat Riri yang paling sabar mendengar setiap curhatanku.
"Ya Nin ada apa?" Jawab Riri terdengar masih bermalas-malasan di dalam kamar.
"Masih tidur loe?" tanyaku penasaran.
"Hmm."
"Anak gadis kebiasaan gimana mau cepat dapat jodoh."
"Ya nggak apa-apa lagi, goe masih bocil masih jauh sayang. Napa udah kebelet nikah ya?" ledek Riri membuatku kesal.
"Ihh puas loe ledekin gue, gue bete nih." Ucapku kesal.
"Napa bete, bukannya semalam loe jalan ma cowok loe. Napa lagi?"
"Itu cowok culun hari ini datang ke sini, gue rasanya mau kabur Ri."
"Eitss nggak boleh, jangan menghindari masalah justru akan membuatmu semakin terjebak. Hadapi mana Ninda yang aku kenal." Riri berusaha memberi semangat.
"Ninda yang loe kenal udah mati." Jawabku putus asa.
"Separah itu perasaan loe, sekarang tarik napas panjang-panjang. Hadapi dulu, kenalan dulu turuti apa kemauan orang tua loe. Kalau loe cocok lanjut, kalau nggak cocok ya udah kamu minta pengertian orang tua loe."
"Gue nggak bisa kayak gini Ri, sesek banget rasanya."
"Gue ngerti, tapi Ninda yang aku kenal nggak cengeng kayak gini. Kamu harus semangat, kuat hadapi dengan santai."
"Iya ngomong gampang." Celetukku kesal.
"Sayang, kok belum siap?" tiba-tiba mama datang masuk ke kamarku. Aku seketika menutup panggilan telepon.
"Dandan yang cantik sayang." Ucapan mamaku membuatku semakin kesal.
"Apa ini?" tanyaku saat mama memberikan sebuah kantongan.
"Pakai ya, hari ini kamu harus berpenampilan sopan." Ucap mama tersenyum.
Dengan malas aku membuka kantongan berisi pakaian seperti gamis. Hanya saja tidak ada jilbabnya.
"Ma, apa-apaan sih," Ucapku kesal lalu duduk di bibir ranjang.