"Pakai Ninda, nggak baik kayak gitu!" ucap Indra lembut tapi tak menatap ke arah ku.
"Suka-suka gue dong, badan-badan gue. Lagian mobil apaan ini panas banget." Balasku tersenyum puas.
"Kamu lebih anggun dengan penampilan tertutup Nin, kasian papa kamu nantinya menanggung dosa anaknya."
"Ihh, sok ceramah lagi. Napa jangan munafik dah, lagian yang lebih seksi dari pada gue banyak."
"Astagfirullah." Ucap Indra lalu menarik napas panjang.
"Ihh panas banget tau!" aku berpura-pura mengibas-ngibas kaos ku dan mengenai wajahnya. Tapi dia tetap saja bersikap tenang dan sesekali menghindar.
"Mau makan kan? udah di cafe itu aja." Ucapku menunjuk sebuah cafe.
"Nggak jadi." Jawab Indra lirih.
"Terus mau ke mana? jangan bilang loe mau bawa gue ke tempat yang sepi-sepi!" ucapku pura-pura sewot.
"Jangan suudzon."
"Lah terus, mau ke mana?"tanyaku pura-pura bingung.
"Lebih baik kita pulang, aku antar ke rumah kamu." Jawabnya tenang.
"Gue nggak mau pulang!"
"Nin, kita nggak mungkin makan di cafe dengan kamu berpenampilan seperti itu. Dosa Nin, pakai kaos kamu dulu baru kita cari tempat makan."
"Ogah!" ucapku ketus tapi hatiku terpingkal-pingkal puas.
Indra menggeleng-gelengkan kepala mungkin dia merasa kesal dan ingin menyerah menghadapiku.
Aku sengaja memakai gaun berwarna merah marun panjang selutut. Tidak memiliki lengan dan model tali sebesar jari jadi terlihat sangat seksi di tubuhku. Mama tidak mengetahuinya karena aku menutup dengan kaos tebal dan lengan panjang.
Aku melihat Indra fokus nyetir dan tidak memperhatikan aku sedikitpun. Aku menarik satu tali gaunku sampai kelengan dan menaikkan gaunku sampai diatas lutut. Aku sengaja membuatnya menyerah dan kabur.
"Ndra aku haus." Ucapku pura-pura lesu.
"Itu ada warung kamu di mobil saja biar aku yang turun beli." Ucap Indra menepikan mobil di pinggir jalan.
"Aku ikut dong!"
"Pakai kaos kamu dulu!"
"Ya udah, aku nunggu di sini aja." Aku mengalah untuk sementara.
Indra membuka pintu mobil dan turun tanpa melihat ke arahku. Berjalan ke warung dan membelikan air minum untukku.
Aku bingung kenapa dia tidak menatapku sedikitpun bagaimana caraku ini bisa berhasil. Aku sempat putus asa jika caraku kali ini tidak berhasil. Aku akan terus terjebak dengan perjodohan yang tak aku inginkan.
Aku melihat Indra sudah membeli air minum dan menuju mobil. Aku tetap berniat menjalankan aksiku dengan membuatku seseksi mungkin. Aku berharap saat Indra masuk dia tak sengaja melihatku dan syok.
"Ini Nin." Indra membuka pintu tanpa melihatku dan menyerahkan air minum dingin.
"Aduh dingin banget." Aku memegang botol minuman dan tangannya.