CINTA TERHALANG KRISMON

Lirin Kartini
Chapter #2

BAB. 1 - NA-SA-KOM

Salah satu bagian kampus di sebuah universitas swasta siang hari itu cukup ramai. Baik mahasiswa maupun mahasiswi berbagai fakultas dan jurusan tampak berlalu-lalang. Dengan membawa tas yang disampirkan di bahu atau ransel di punggung, tangan mereka juga sibuk membawa buku atau minuman yang dibeli dari kantin. Bahkan ada pula yang terpaksa mengempit buku di ketiak karena membawa makanan dan minuman sekaligus. Walaupun begitu, mereka tampaknya tidak peduli. Mereka tetap asyik mengobrol santai sambil berjalan ke kelas masing-masing atau ke gedung lain. Mungkin juga ada yang memilih pulang karena tidak ada lagi mata kuliah hari itu.

Berbeda dengan seorang mahasiswa tingkat dua yang justru ditemukan sedang tidur di bangku panjang dekat pilar. Satu tangannya menjadi alas kepala, sementara yang lain memeluk ransel yang berada di atas perut. Benda itu terlihat naik-turun setiap kali dia bernapas. Di balik kacamata kotak yang bertengger miring di pangkal hidung, dua matanya terpejam. Dia benar-benar seperti putri, eh putra tidur. Sama sekali tidak terganggu dengan bisingnya celotehan orang-orang di sana.

“Ya, ampun! Nih anak malah molor lagi di sini.” Orang yang menemukan putra tidur itu berdesis dan berdecak. Kepalanya juga menggeleng-geleng seperti boneka hiasan dashboard mobil.

Dengan melompati dua anak tangga sekaligus, dia sampai di dasar kolam berbentuk persegi itu. Ah, bukan kolam berisi air. Hanya merupakan area yang lebih rendah dari lantai gedung, berisi beberapa meja dan bangku. Biasanya para mahasiswa sering cangkruk atau nongkrong di tempat ini, membuat perbedaan fakultas atau jurusan di antara mereka melebur dan menghilang. Tak jarang, tempat ini berhasil menyatukan dua insan yang awalnya hanya orang asing menjadi kekasih. Makanya, tempat ini dinamakan “kolam jodoh”.

Kembali pada si putra tidur yang masih bergeming di bangku. Dia hanya bergerak sedikit saat orang tadi menjawil lengannya.

“Oi, Oka!” Orang itu memanggil sebagai usahanya yang kedua. Tapi, tetap saja, manusia yang dijuluki mahasiswa nasakom—nasib satu koma, itu masih pulas. Dia malah membalikkan badan ke samping dan memeluk ransel seperti memeluk guling.

Edan anak ini! Dipikirnya rumah sendiri apa?” Orang tadi menatap punggung Oka sambil berkacak pinggang. Temannya yang satu ini memang lain sendiri.

Dua kali usahanya tidak berhasil, dia sempat berpikir untuk membalik bangku itu agar Oka jatuh lalu terbangun. Tapi, urung, karena mengingat dia dan beberapa teman lainnya pernah melakukan hal itu dan gagal.

Iya, gagal. Saat itu Oka tidur di lantai beralas tikar. Karena tidak bisa dibangunkan, teman-temannya berencana mengangkat tikar itu bersama-sama, dengan harapan goncangannya akan membuat Oka bangun. Nyatanya, Oka masih tidur dan mendengkur.

“Gila lu, Ka! Gempa bumi kayaknya nggak bakal bisa bangunin elu!” sungut teman-temannya saat Oka berhasil bangun. Sementara itu, orang yang dimaksud cuma cengar-cengir mendengarnya.

Ada cara yang lebih gampang sih sebenarnya. Tapi, tetap saja tidak habis pikir bahwa panggilan dan sentuhan tidak berhasil membangunkannya. Hanya ada satu yang bisa membuat Oka membuka matanya, yaitu …

Lihat selengkapnya