“Dampak dari krisis ekonomi, mulai dirasakan masyarakat di mana harga bahan-bahan pokok naik …. Melemahnya kurs rupiah menyebabkan banyak perusahaan tidak bisa menutupi beban impor sehingga mengalami kebangkrutan …. Rakyat menjerit karena himpitan ekonomi dan terkena PHK massal …. Demo dan kerusuhan terjadi di ibu kota yang memprotes kebijakan pemerintah ….”
Berita dari radio silih berganti membawakan topik yang berbeda. Topik yang sedang menghangat saat ini. Stasiun radio yang biasanya menyiarkan kondisi lalu lintas, beberapa kali memberitakan berita sela tentang kondisi negara saat ini.
Oka yang sedang mengantre di pom bensin, mematikan radio tersebut karena bosan. Sudah beberapa kali dia menganti saluran, tapi sebagian besar beritanya sama. Padahal dia ingin mendengarkan musik untuk menemani perjalanannya menemui Sisil. Mungkin seharusnya Oka lebih bersabar, karena berita sela itu hanya berlangsung singkat.
“Full, Pak,” kata Oka setelah Suzuki Katana-nya mendapat giliran. Namun, betapa terkejutnya dia ketika melakukan pembayaran. Seingatnya, tidak pernah dia menghabiskan uang sebanyak ini untuk mengisi bahan bakar. Dia juga heran melihat lembaran uang di dompet kumalnya menipis. Padahal dia menggunakannya seperti biasa, untuk makan, bahan bakar, atau fotokopi tugas kuliah. Dan rasanya mentraktir Agus dan Sisil kemarin tidak sampai memakai uang sebanyak itu, apalagi hanya di kantin kampus.
Sayangnya, Oka tidak bisa memikirkan hal itu lama-lama karena waktu pertemuannya dengan Sisil sudah dekat. Dia pun melajukan kendaraannya melintasi jalan raya yang ramai di akhir pekan.
Tempat yang Oka tuju adalah sebuah restoran steik yang cukup terkenal di kota ini. Dia dan Sisil sepakat bertemu langsung di lokasi saja, mengingat rute yang melintang cukup jauh dan memakan waktu.
Sebenarnya Oka tidak masalah menjemput Sisil, meski harus memutar jauh. Bahkan jika harus pergi ke tempat terpencil sekali pun, dia akan melakukannya. Mendaki gunung dan melewati lembah, seperti lagu dari serial kartun di televisi—tontonan Evan, Oka rela.
Apa sih yang enggak buat Sisil?
Rencananya, setelah makan, dia akan menemani Sisil yang hendak mencari sesuatu. Pikirnya, berjalan berduaan setelah makan malam itu romantis. Apalagi jika Sisil menyambut perasaannya dan mereka resmi berpacaran. Dia juga nantinya akan mengantar Sisil pulang ke rumah.