CINTA TERHALANG KRISMON

Lirin Kartini
Chapter #10

BAB. 9 - SAVED BY THE BELL

Oka masih terjaga di kamarnya, sementara waktu terus bergulir dan jarum jam sudah menunjuk di angka satu. Dia bukannya tidak mau tidur, tapi memang tidak bisa tidur meski badannya terasa capek dan mengantuk. Beban pikiran di kepalanya sulit diajak kompromi.

Sekilas terdengar gerakan di salah satu kasur dekat jendela. Evan sedang menggeliat dalam tidur. Sepertinya dia kecapekan tapi senang setelah kembali dari Jogja.

Kini, mata Oka terpaku pada kalender akademik kampus yang dia pasang di dinding meja belajarnya. Berbagai warna di angka-angkanya, menunjukkan jadwal kegiatan kampus dan ujian. Sambil mengetuk-ngetuk meja, dia melamun. Entah sampai berapa lama dan jam berapa dia akhirnya tertidur, Oka tidak ingat lagi.

Tahu-tahu hari sudah berganti dan Oka mendadak terbangun. Alih-alih mandi atau sarapan, dia malah menyalakan komputer. Berkutat dengan sesuatu di sana hingga sang mama memanggilnya dari luar, di sela-sela suara berisik dari mesin pencetak.

"Ka! Kamu udah bangun? Nggak kuliah?”

Oka melirik angka di layar monitornya yang menunjukkan pukul sepuluh, lalu berpindah pada lembaran kertas di dekat CPU.

“Ka?” Mama Oka akhirnya membuka pintu karena tidak mendapat jawaban. “Nggak ngampus?”

Tanpa menoleh, Oka menjawab, “Iya, habis ini.”

“Mau makan dulu?”

“Nggak usah. Habis mandi, Oka langsung berangkat.”

Embusan napas pelan terdengar kemudian pintu ditutup. Oka masih berada di depan komputer selama beberapa menit lalu membereskan kertas-kertas itu, sebelum bergegas ke kamar mandi. Sesuai ucapannya, dia langsung pergi ke kampus.

Ada satu hal penting yang ingin dia ketahui. Juga sedikit bantuan dari sahabatnya. Entah, apakah Agus masih menganggap dirinya sahabat dengan semua kegilaannya beberapa waktu ini. Dia bisa membayangkan wajah masam Agus dan segala omelannya.

Itu urusan nanti. Yang penting, ketemu dulu, pikirnya.

Oka melihat suasana kampus terutama di sekitar kolam jodoh tampak ramai seperti biasanya. Sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi terlihat bergerombol. Entah apa yang dibicarakan. Mungkin saling bertukar materi atau berdiskusi untuk ujian akhir yang sudah di depan mata. Sementara itu, beberapa orang memilih menyendiri dan sibuk dengan buku catatannya. Untuk memberi pesan tidak ingin diganggu, mereka menggunakan headphone yang terhubung dengan walkman di atas meja. Atau, memilih tempat di sudut dan memunggungi keramaian.

Karena tidak tampak sosok yang ingin ditemuinya, Oka berjalan ke arah gedung C. Ketika melewati kantin, tercium aroma makanan yang menggoda iman. Seketika perutnya berbunyi keroncongan karena sejak semalam belum diisi makanan.

“Hemat, hemat, Ka! Makan di rumah aja! Salah sendiri tadi nggak sarapan!” rutuknya pada diri sendiri lalu mempercepat langkah agar tidak goyah.

Lihat selengkapnya