CINTA TERHALANG KRISMON

Lirin Kartini
Chapter #17

BAB. 16 - PERINGATAN

Seharusnya dalam kondisi seperti ini, Oka lebih giat bekerja ketika tidak ada kuliah. Bukan malah menghabiskan waktu di depan komputer dan melakukan hal tidak jelas. Tapi, dia sedang tidak ingin bekerja. Otaknya penuh. Pikirannya buntu. Satu-satunya hal yang bisa membuatnya lupa akan masalah hidupnya adalah bermain komputer.

Tidak hanya jari dan matanya yang serius di depan monitor, pikiran Oka pun sibuk berkelana. Dia membayangkan, dirinya berdiri di podium dengan balutan toga dan piagam, berfoto bersama keluarga dan teman-temannya. Prosesi wisuda yang sakral dan khidmat itu membuat perasaannya campur aduk. Bayangan itu kemudian lenyap seperti asap yang tertiup angin. Lagi, dirinya didera rasa frustrasi.

Sungguh berat beban anak pertama. Kalaupun bukan, tetep aja bikin stress, gumamnya. Anon sama Evan, gimana, ya?

“Oka? Lu di sini?” Agus muncul dan heran melihat Oka. Dia langsung menarik kursi di samping Oka yang kebetulan kosong dan mulai menyalakan komputer.

“Iya, lagi suntuk,” jawab Oka menatap Agus sebentar lalu kembali pada monitornya.

“Nggak ada kuliah? Nggak kerja?”

Oka menggeleng untuk kedua pertanyaan itu. “Habis nganter ortu ke bandara,” jawabnya kemudian.

“Jadi? Cangkok di sana?” tanya Agus sambil melirik Oka. Dia sudah mendapat informasi ini saat Oka pusing dan meminta saran mengenai hal itu.

Oka mengangguk. “Lu ngapain di sini? Tumben,” tanya Oka. Agus memang jarang ke Puskom. Dia hanya ke sini jika sedang kepepet.

“Aku kebagian ngetik bahan presentasi. Males pulang, jadi sekalian aja.”

“Oh.”

Oka dan Agus sama-sama diam. Dibatasi oleh sekat sebatas kepala, keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Oka tidak tahu dan memang tidak ingin tahu apa yang sedang dikerjakan Agus, apa yang diketik, atau mata kuliah apa yang memberikan tugas presentasi itu. Dirinya hanya fokus ke layar monitor yang menampilkan deretan angka dan huruf berwarna putih, juga kursor yang berkedip-kedip. Jarinya lincah bergerak di atas papan ketik dan tetikus.

Selama beberapa waktu di ruangan itu hanya terdengar bunyi papan ketik dan lagu yang diputar oleh penjaga Puskom. Sampai suatu ketika, terdengar percakapan dari meja si penjaga.

“Di mana orangnya?”

“Di sana.”

“Ayo.”

Lihat selengkapnya