CINTA TERHALANG KRISMON

Lirin Kartini
Chapter #20

EPILOG

Rumah bertingkat dua di tepi jalan itu masih tampak sama seperti sebelas tahun yang lalu. Berdiri kokoh seperti karang di tengah laut walau diterjang ombak, tanpa ada yang menyadari badai ekonomi pernah melanda seisi penghuninya. Sedikit perbedaan ada di sisi samping rumah itu. Di atas pintu, terdapat papan lebar bertuliskan sebuah nama, “Bengkel dan Service Motor Ryandi”.

Ya, area yang dulunya garasi luas berisi mobil, motor, dan sepeda telah berganti fungsi. Setelah beberapa tahun sebelumnya kosong melompong, kini etalase kaca dan lemari tinggi mengisi ruangan itu. Barang-barang untuk kebutuhan bengkel seperti sparepart, ban, beberapa merek oli, dan lainnya, tertata rapi di sana. Sementara itu, sisi yang lain dari rumah itu tetap dibiarkan sebagai garasi dua buah motor untuk mobilitas sehari-hari.

Keadaan ekonomi keluarga itu bisa dibilang sudah pulih. Hanya saja untuk meraih kejayaan seperti sebelumnya, adalah hal yang sulit. Bagaimanapun, krisis dan kemelut yang terjadi waktu itu, telah menggerus semuanya. Namun, bisa bertahan hidup dan melewati badai itu adalah sebuah prestasi.

Papa dan Mama Oka kembali ke Indonesia setelah kurang lebih selama enam bulan berada di Guang Zhou untuk melakukan transplantasi. Menghabiskan biaya yang cukup untuk membeli rumah mewah saat ini, Papa Oka hidup dengan dua buah ginjal di tubuhnya dan harus rutin meminum obat seumur hidup. Sesuai janjinya, Papa Oka kembali bekerja dan menghidupi keluarganya dari penghasilan bengkel.

Saat ini, baik Oka, Anon, dan Evan telah lulus dari pendidikan masing-masing. Evan memutuskan tidak kuliah dan mulai merintis usaha bersama teman baiknya, Roy. Anon yang merupakan lulusan Desain Komunikasi Visual, bekerja sebagai desainer grafis produk minuman. Oka sendiri, sesuai minat dan ketertarikannya di bidang Sipil, bekerja sebagai kepala bagian yang mengurusi proyek dan bangunan pabrik.

Derum motor memecah keheningan malam itu. Pintu pagar dibuka dan kendaraan roda dua itu masuk. Derap langkah kini menggema di ruangan yang kosong menuju lantai dua. Rumah yang tadinya gelap, kini terang setelah sakelar lampu dinyalakan. Lantas, terdengar percakapan dua anak manusia.

“Kamu tunggu di sini dulu. Aku mau mandi,” kata seorang pria berkacamata.

“Oke.” Kali ini suara wanita yang berbicara.

Lihat selengkapnya