Cinta Terlarang di Tanah Jajahan

Desy Cichika
Chapter #14

Bayangan di Balik Semak



Salim mulai mengikuti dari kejauhan. Tak berani terlalu dekat, ia mengambil jalur memutar di antara semak-semak dan sempadan sungai kecil. Sepatunya basah, celananya kotor oleh lumpur, tapi ia tak peduli. Ada sesuatu yang menggantung di dalam dadanya—rasa ingin tahu yang bercampur dengan perasaan posesif, dan dendam kecil yang belum terbalaskan.

Selama ini, Senara tak pernah memandangnya lebih dari sekadar penjaga lumbung desa. Bahkan ketika ia membawakan beras terbaik untuk keluarga Muzaffar, tak sekalipun ia mendapat senyuman yang tulus. Selalu dingin. Selalu penuh jarak. Padahal Salim tahu, dirinya tak kalah dari siapa pun di kampung ini. Ia cukup rajin, cukup bersih, cukup... berguna.

Tapi tidak bagi Senara.

Langkah Senara berhenti di sebuah titik. Gubuk tua di tengah hutan yang sama sekali tak pernah Salim ketahui. Dari balik semak, Salim menahan napas. Ia melihat Senara membuka pintu perlahan, lalu masuk ke dalam. Tidak lama, terdengar suara kayu digeser, mungkin tikar yang dibentangkan, atau peti yang dibuka.

Salim merunduk lebih dalam. Jantungnya berdegup. Ia mencoba mendengar. Lalu...

Suara.

Bukan suara Senara. Suara lain. Laki-laki. Pelan. Seperti rintihan. Atau mungkin desahan tertahan karena rasa sakit?

Salim mencengkeram batang pohon di depannya. Matanya melebar. Napasnya memburu.

“Jadi benar,” bisiknya. “Dia menyembunyikan seseorang.”

Pikirannya langsung menari-nari dalam skenario liar. Pemberontak? Kekasih rahasia? Seorang pria yang Senara cintai diam-diam? Mungkinkah itu alasan dia selalu menolak semua pria kampung, termasuk dirinya? Karena ia sudah menyimpan seorang lelaki di hutan?

Panas merambat ke tengkuk Salim. Tangannya bergetar.

Ia mendekat perlahan, mengintip dari celah dinding reyot gubuk itu. Dan di dalamnya, Salim melihat seorang pria. Wajahnya cukup jelas, dengan kulit lebih terang dari orang kebanyakan. Rahangnya tegas, tapi ia tak mengenali wajah itu.

Yang membuatnya tercengang justru pemandangan lain. Pria itu terbaring tanpa atasan, tubuhnya penuh peluh, dan di perutnya ada luka besar yang sedang dibersihkan pelan-pelan oleh Senara. Tangan gadis itu cekatan, tapi matanya... terlalu lembut. Terlalu peduli.

Salim nyaris mendekat lebih jauh, ingin memastikan siapa lelaki itu sebenarnya. Tapi suara kepakan burung dari ranting membuatnya tersentak mundur. Jantungnya berpacu.

Tidak. Ia tak bisa gegabah.

Lihat selengkapnya