Cinta Terlarang di Tanah Jajahan

Desy Cichika
Chapter #23

Dosa yang Paling Indah



Renji tersenyum malu-malu, menggaruk tengkuknya. “Ini... pemberian salah satu anak kampung waktu itu. Katanya untuk berburu tupai. Aku dulu sering berburu burung kecil saat masih anak-anak di Jepang, tapi dengan alat yang berbeda. Mengingatkanku pada masa itu.” Ada kerinduan yang samar di matanya.

“Kau pandai berburu?” Senara menantang, matanya berbinar geli.

“Lumayan,” jawab Renji, mencoba memasang wajah serius. Ia mengambil kerikil kecil, menempatkannya di ketapel, dan membidik ke arah dahan tinggi tempat seekor tupai sedang asyik mengunyah. Ia melepaskan bidikan. Kerikil itu melesat... jauh melenceng dari sasaran.

Senara tertawa terbahak-bahak, tawanya lepas dan renyah, meluluhkan semua kekakuan Renji. “Kau ini! Jago menembak pakai pistol, tapi pakai ketapel saja tidak bisa!”

Renji mendengus, wajahnya sedikit merah. “Ini berbeda!”

“Sini,” Senara mengambil ketapel itu dari tangan Renji. Gerakannya lincah, familiar. Ia mengambil kerikil, membidik dengan fokus yang tajam, matanya menyipit. Dan dengan sekali sentak, kerikil itu melesat cepat, mengenai tupai yang langsung jatuh ke tanah.

Renji memandang takjub. “Kau... kau hebat sekali!” Ada kekaguman yang tulus di matanya. “Bagaimana bisa?”

Senara tersenyum penuh kemenangan. “Mungkin kau hebat menembak pakai pistol dan membunuh banyak musuh dalam perang. Tapi aku... aku jago membidik pakai ketapel, dan bisa membunuh makhluk hidup dalam sekali tembakan untuk bertahan hidup.”

Ia menunduk, mengambil tupai itu, lalu menatap Renji dengan mata serius. “Aku banyak belajar dari hutan. Dari alam. Semua ini membuatku kuat.”

Renji memandangnya, melihat Senara bukan hanya gadis yang ia cintai, tapi seorang penyintas yang luar biasa. Sedangkan Senara, kini melihat Renji bukan lagi tentara Jepang yang kaku dan bengis, tapi hanya seorang pemuda yang sedang bahagia, konyol, dan penuh rasa kagum padanya.

Lihat selengkapnya